Pages

27 March, 2014

Perihal Kekuatan

You never know how strong you are, until being strong is the only choice you have… ~NN~
Gambar diambil dari sini
Pernahkah mengalami hal yang dikatakan kutipan di atas? 

Seperti saat skripsi, ditinggalkan orang tua (meninggal atau pun bercerai), dan hal lainnya yang memaksamu untuk terus melanjutkan hidup. Life must go on…

Kebanyakan kita seringkali merasa tidak mampu, tak kuat dan tak akan berhasil, sampai pada suatu ketika kita disudutkan, bahwa pilihannya haruslah berhasil. Di sanalah kita berjuang dan orang melihat bahwa kita tegar, kuat, tanpa tahu betapa kita mengeluh karena tak ada pilihan lain. Kita tak sehebat itu, tetap saja kita merendahkan diri kita, yang bahkan Tuhan pun tak pernah merendahkannya.

Hidup tidak pernah semakin mudah, hanya saja pundakmu yang semakin kuat menahan beban hidup.

Jadi, apakah perihal kekuatan itu?
Apakah selalu berkorelasi dengan tenaga?
Ataukah terkait kekuatan pikiran, keteguhan hati?
Apakah selalu identik dengan pria?
Apakah kekuatan tak mengenal air mata?

Mungkin akan ada banyak pertanyaan lain mengenai kekuatan. Namun, perihal kekuatan diri kita, hanya kita dan Tuhan yang tahu. Seringkali orang memandang bahwa kita begitu kuat dan akan tahan bila diuji beberapa kali lagi. Tapi, tahu apa mereka di balik pencapaian itu semua? Bahkan mereka tak tahu betapa pengecutnya diri kita, bila tidak terpaksa. The power of kepepet.

Boleh jadi kehidupan yang kita keluhkan saat ini, adalah kehidupan yang diimpikan orang lain. 
Pun sebaliknya. Kehidupan orang lain yang kita impikan, nyatanya hanya berisi keluhan. Jadi apa pilihannya? Bukankah hanya tersisa menikmati kehidupan ini. Berlaku terbaik, walau lelah memberikan yang terbaik, terutama bila tak ada yang mengapresiasi kebaikanmu. Itukah yang dinamakan kekuatan?

Saat warna hidup terasa pudar, dan tiada lagi yang mampu menopang, namun kau terus berdiri melawan ombak pasang. Itukah yang dinamakan kekuatan?

Saat mimpi terasa jauh, dan sulit dijangkau, sayapmu untuk terbang telah patah, namun kau tetap berdiri menantang angin yang menghadang. Itukah yang dinamakan kekuatan?

Maukah kalian mengajarkanku perihal kekuatan yang sebenarnya?

Meta morfillah

26 March, 2014

Review buku: Sakinah bersamamu

Judul: Sakinah bersamamu
Penulis: Asma Nadia
Penerbit: Asma Nadia Publishing House
Cetakan keempatbelas, Oktober 2012
ISBN: 978-602-96725-5-8
Dimensi: 344 hlm; 20,5 cm

 
Blurb:
 
Bagaimanakah warna cinta setelah 25 tahun berlalu?
Bisakah dia tetap pelangi?

Tak ada yang sempurna di kolong langit. Tidak dia, Bang Zaqi, dan pernikahan mereka. Sebab kesempurnaan hanya boleh dilekatkan pada namaNya semata. Riri bukan tidak menyadari hal ini. Tetapi salahkah jika perempuan itu menyimpan harapan bahwa mereka akan memiliki cinta yang sempurna? Ia ingin cinta, hari-hari sakinah, hanya itu yang terbayang saat mengenang perjalanan kasih mereka. Bayang-bayang kebersamaan yang selalu berkejaran begitu jelas di pelupuk mata, setiap kali memandangi Bang Zaqi yang terlelap. Tapi tak ada cinta yang tak diuji. Lalu haruskah dia menyerah kalah ketika cinta yang selama ini nyaris sempurna, diguncangkan badai? Saat sosok yang tak pernah mengecewakan ternyata sanggup menggoreskan luka?

Ini memang bukan kisah cinta sempurna. Tetapi kisah dua anak manusia yang belajar menyempurnakan cinta. Belajar memberi, menerima, dan memperbarui cinta, hingga mereka menutup mata.

"Kenapa kita menikah, Bang?" Tanyaku suatu hari.

Kau menjawab mantap, tanpa sebersit pun keraguan,
"Sebab tanpamu tak ada pernikahan bagiku..."

Review suka-suka tha:
 
Buku ini terdiri dari tujuh belas cerpen. Tiap cerpen selalu ditutup dengan obrolan seru dan akrab bersama penulis (Asma Nadia) di setiap akhir cerita, tentang berbagai ujian rumah tangga. Kolom ini diberi nama "Bijak berumah tangga melalui cerita".

Di buku ini, dibahas tentang bagaimana menjembatani perbedaan karakter, bertindak tepat saat cemburu, mengatasi "cinta lama bersemi kembali", bunda bekerja atau di rumah?, menyembuhkan hati yang luka dan bakti perempuan, antara orang tua, suami dan mertua.

Dari ketujuh belas cerpen, saya paling suka cerpen "Mata yang sederhana" dan "Sakinah bersamamu". Sedangkan dari kolom bijak berumahtangga melalui cerita, saya terinspirasi pada "3 alarm, selangkah menuju selingkuh" di dalam cerpen "Dua puluh tahun cinta". Dari kolom itu saya membuat tulisan tentang kekecewaan. Bisa dilihat di sini: bermetamorfosis.blogspot.com/2014/02/tentang-kecewa.html?m=0
 
----

Bintang 5 dari 5
 
Kelebihan: banyak pembelajaran bagi mereka yang mau, belum menikah atau pun sudah menikah tanpa terkesan menggurui. Cerpennya ringan-ringan, tapi realita sehari-hari yang cukup "mengena" dan "menyadarkan" kita untuk lebih baik.

Kekurangan: sejauh ini saya belum menemukan kekurangan. Hanya soal selera saja, saya kurang suka sampul/covernya. Menurut saya alangkah baiknya, bila sampulnya sebuah gambar ilustrasi yang memiliki keterkaitan dengan judul buku, bukan potret penulisnya, hehee.

Meta morfillah

Review buku: Mimpi bayang Jingga

Judul: mimpi bayang jingga
Penulis: sanie b. Kuncoro
Penerbit: bentang
Cetakan pertama, april 2009
ISBN: 978-979-1227-61-2
Dimensi: 214 hlm; 20,5 cm

Blurb:
Apa impian terbesar dalam hidupmu? Impian jingga adalah memiliki sebuah rumah di tepi pantai karang. Pantai itu berombak jernih hingga pasir putihnya terlihat jelas di dasar air. Akan ada banyak jajaran pohon kelapa dan palem, dengan dedaunan hijau yang teduh di tepian pantainya. Di depan rumah itu akan Jingga buat perpustakaan dengan kafe di terasnya. Akan diterimanya para petualang yang datang dan pergi, meninggalkan dan membawa cerita dari segala penjuru bumi.

Lalu, apa jadinya dengan impian itu kala seorang lelaki menawarinya untuk menjadi cinderella lengkap dengan kemewahannya? Kehidupan yang selama ini hanya mungkin dicapai dalam angannya tiba-tiba terpapar jelas di hadapannya. Akankah Jingga menyerahkan impiannya demi lelaki yang dicintainya itu?

Review suka-suka tha:
 
Buku ini terdiri dari tiga cerpen.

Sering kali kuletakkan telinga pada dataran dada penutup bilik jantungnya, mencari deburan jantungnya yang berdetak. Kadang tertangkap deburan itu, kadang tiada. Padahal, dia tidak berhenti bernapas. Jadi, ke mana perginya deburan jantung yang hilang sesekali itu? Atau, adakah seseorang lain yang menangkap deburan itu pada bilik jantung yang lain? Siapakah? Bukankah seharusnya dia milikku seorang? Apakah ada seseorang lain yang berada di balik punggungnya? (May)

Cerpen pertama berjudul "The Desert Dreams", mengisahkan tiga tokoh bernama Orien, May dan Baron. Kisah tentang perselingkuhan dalam sebuah rumah tangga dan kekuatan sang istri yang memiliki kemampuan 'melihat' sesuatu yang tak terlihat orang lain. Gaya penceritaan memakai sudut pandang orang pertama (aku) dari masing-masing tokoh.

-------------------
Tidak ada langit senja yang terpilih. Gadis bermata telaga itu tidak akan memilih satu pun, karena dia telah memiliki langit senjanya sendiri. Itu adalah sebuah senja berlangit jingga yang dia titipkan pada seseorang dalam kenangannya. (Bentang)

Cerpen kedua berjudul "Jingga", yang sudah dijelaskan cuplikannya di blurb atas. Mengisahkan Jingga dan Bentang yang bagaikan film korea Boys Before Flowers, hanya saja endingnya tak seindah film itu. Sudut pandang yang digunakan, adalah sudut pandang orang ketiga.

-----

Cerpen ketiga berjudul "Mimpi Bayang", menceritakan Frangi, gadis yang koma selama dua hari gara-gara jatuh saat bertengkar dengan pacarnya. Dalam keadaan komanya itu, ia bertemu dengan takdirnya, Bambu, melalui mimpi bayang. Setelah siuman, ia kemudian mencari Bambu bermodalkan mimpinya. Lantas, apa yang terjadi? Apakah Frangi berhasil menemukan Bambu? Silakan baca bukunya.

----
Bintang 4 dari 5.

Kelebihan: bahasanya puitis namun tak menjemukan. Dalam menggambarkan hubungan pasutri pun, sanie menggunakan perumpamaan yang halus, tak vulgar.

Kekurangan: di cerita "Jingga" terutama, berasa agak lebay aja dengan tokoh Bentangnya. Atau memang saya yang gak terlalu percaya ada kemungkinan kayak di film Boys Before Flowers kali ya? Hehe.. 

Sama sampul/covernya, kurang menarik. 

Meta morfillah

24 March, 2014

Aku mencari gelap pekat



aku mencari gelap pekat
di mana mataku bisa memejam walau tak terpejam
mengistirahatkan kenangan
yang membelukar di kepalaku
memaksa otak sejenak berhenti berpikir
namun nyatanya, gelap itu tak jua cukup
kucipta dari padamnya harapan
malah semakin gigantis kenangan yang hendak kulupa
semakin ingin kulupa, semakin ia teringat
kudiamkan saja, tetap melekat
andai kenangan serupa darah,
akan kubuat diriku terluka
lalu ia mengucur
menderas
kemudian hilang
mengalir entah ke mana
mungkin ke tanah meresap
mungkin ke septic tank bersama kotoran lainnya
yang penting ia hilang dari tubuh
pikiran ini
namun nyatanya kenangan tetaplah kenangan
tak dapat diputus, dibuang atau dibakar
ia tetap membelukar
dalam rimbun pikiranmu
aku mencari gelap pekat
di mana mataku bisa memejam walau tak terpejam
mengistirahatkan kenangan
yang membelukar di kepalaku

meta morfillah

Tingkat kelucuan seseorang

Semakin lucu seseorang, sebenarnya semakin berat masalah yang dihadapinya. Ia sembunyikan dalam guyon & tawa. (ʃ⌣ƪ)

Pagi ini saya menuliskan kalimat itu sebagai status bbm, twitter dan facebook saya. Entah mengapa, banyak yang "merasa disindir", membenarkan, setuju, dan bertanya itu teori dari mana. Saya tersenyum simpul membaca ragam reaksi mereka. Saya hanya menjawab, itu hasil pengamatan dan pengalaman saya. Boleh jadi benar, boleh jadi tidak. Saya tak memaksanya untuk digeneralisasikan.

Lucunya adalah, dari respon yang begitu cepat, ternyata bolehlah saya berbangga diri sedikit karena hampir 80% teman saya merasa terwakili perasaannya dengan kalimat itu. Mereka sedang lucu-lucunya, kian lucu tiap hari karena sudah terlalu lelah untuk menangis. Sudah terlalu letih atas ujian hidupnya. Pelepasannya adalah menertawakan hidup mereka sendiri. Mohon dicatat, ini bukan sarkasme, melainkan belajar legowo dengan menjadikan semua ini lelucon, guyon, untuk menikmati hidup. Bukan membenci atau menantang kehidupan yang sedang lucu-lucunya.

Lalu, di ujung akhir percakapan, hampir semuanya bilang saya makin lucu. It means....??

Hahaa.. Yaa.. Semakin bertambah usia, saya menyadari memang saya semakin lucu dan terbuka. Tak malu-malu dalam mengungkapkan apa yang sedang saya pikirkan saat ini. Sederhana saja, saya hanya berpikir apa benar saya saja yang merasakan hal-hal itu. Hingga mengalir beragam tulisan-tulisan nyeleneh, kebanyakan curhat di blog saya. Herannya, banyak yang merasa "terwakili" oleh tulisan saya. Mereka ingin mengungkapkannya, namun tak pandai bermain kata. Itu alibi yang mereka ungkapkan pada saya. Saya sih tersenyum saja.. Sebab, dengan pernyataan mereka yang seperti itu, justru menguatkan saya. Menunjukkan kenyataan, bahwa bukan saya saja yang merasakan hal itu sendirian. Lalu dari kesadaran itu, muncullah pemahaman baru, yang sering membuat saya tersenyum sendiri. Itulah sebabnya, akhir-akhir ini, masalah yang saya hadapi kadang saya jadikan candaan saya. Sebab, lebih baik membuat tertawa dan lama-lama jadi biasa. Walau kadar kesulitannya masih tinggi, tapi ada secercah harapan, "ah, nanti juga pasti beres. Sudah berapa badai kamu lewati? Badai pasti berlalu, walau berlalunya setelah memporak-porandakan hidupmu".

Ya.. Itu saja. Tak ada maksud lain, dari ungkapan-ungkapan nyeleneh saya. Kadang kalimat saya bisa begitu bijak serius, kadang bisa begitu alay menyebalkan, kadang lucu menggemaskan. Yaah.. Namanya juga manusia, manusiawilah perasaan yang berubah-ubah. Makanya, ada iman.. Yang bantu menjaga hati yang mudah goyah. Maka, Tuhan tolong pegangi hati saya agar saya tak melanggar. Itu saja.


Meta morfillah

Ketika semua hanya wacana

Mulut kalian berbusa
Di sudut-sudut cafe mewah
Membahas persoalan yang sedang tren
Hingga bergelas-gelas kopi kalian pesan
Namun semua hanya berakhir tanpa solusi
Obrolan kalian hanya menjadi wacana
Menambah polusi suara dan kata-kata
Yang kian hari marak
Dan menambah muak

Sedang di suatu tempat di luar sana
Ada bayi-bayi yang menangis lapar
Orang berebut makan
Hingga saling bunuh-bunuhan
Bukan sekadar sinetron atau tontonan
Ini sungguhan!

Peduli apa kalian?
Dengan lembaran uang, kalian kira semua terselesaikan
Tunai sudah kewajiban
Jika mereka masih menderita
Itulah akibat kemalasan

Padahal mereka butuh perhatian
Konsistensi janji sederhana
Tak perlu muluk
Seperti janji yang tengah diobral saat ini
Di mana-mana
Bahkan semut pun enggan mengerubungi janji itu
Semut tahu mana manis yang asli
Mana yang palsu

Semua hanya wacana yang renyah diperdebatkan di meja-meja restoran
Tanpa perlu kita selesaikan
Toh segalanya urusan pemerintahan
Bisa kapiran bila kita ikut campur urusan
Ah.. Negeriku..
Bahkan tangan yang menuliskan kata-kata ini
Hanya meneruskan sebuah wacana
Lantas andilnya sedikit saja
Belum mengubah dunia

Poli trik?
Wacana...
Lagi-lagi wacana!


Meta morfillah

21 March, 2014

Aku ingin pulang, Mama

Aku ingin pulang, Mama
Kembali ke teduh matamu
Berenang di kolam yang kau beri nama rindu
Hingga hanyut dalam buai kasihmu
Tak ingin terbangun lagi oleh detik jam
Yang memaksaku bergegas mengukur jalanan kota tua ini
Tapi cita-cita dan harapan tak mengizinkanku
Mereka menahan, menjerat dengan iming-iming kebaikanku kelak

Sebenarnya aku ingin pulang, Mama
Menemanimu menghalau dinginnya kota hujan
Yang merasuk ke sumsum tulangmu
Yang rapuh karena remathoid athritis
Menanam cabai, kunyit, oyong, melati, pepaya, dan apa saja di tanah petak kita yang subur
Tapi cita-cita dan harapan tak mengizinkanku
Mereka berkilah itu hanyalah kelemahan dan alasanku saja untuk mundur

Aku tak bisa pulang, Mama
Memuaskan rindu yang semakin gigantis karena jarak kita
Kota tua dengan tipu dayanya ini menahanku
Apakah ini pun pembenaranku atas ketakberdayaan menaklukkan waktu?

Sebenarnya aku ingin pulang, Mama.
Aku ingin pulang..


Meta morfillah

20 March, 2014

Menghapus Jejakmu

Terus melangkah melupakanmu
Lelah hati perhatikan sikapmu
Jalan pikiranmu buatku ragu
Tak mungkin ini tetap bertahan

“Aku capek sama kamu.”
“Terus?”
“Yaudah, kita udahan aja. Gak mungkin kita bertahan kayak gini terus. Capek banget tahu!”
“…”
“Aku gak pernah ngerti apa yang kamu pikirkan. Kamu selalu pendam itu semua sendirian. Jalan pikiranmu itu gak bisa aku tebak. Sikap kamu juga buat aku lelah. Terserah kamulah! Aku gak pernah merasa jadi someone special saat jalan denganmu.”
“Ya sudah.”
“…”

Perlahan mimpi terasa mengganggu
Kucoba untuk terus menjauh
Perlahan hatiku terbelenggu
Kucoba untuk lanjutkan hidup

“Kita benar-benar sudah berakhir ya?”
“Itu kan yang kamu mau?”
“Kamu benar-benar menyerah begitu aja? Gak berusaha untuk memperbaiki sama sekali?”
“Aku gak mau buat kamu capek. Ya sudah, daripada saling menyakiti terus.”
“Aku ragu, apa memang sedari dulu kamu tidak mencintaiku? Kamu tak pernah serius mempertahankan hubungan ini.”
“…”
“Baiklah. Sepertinya dua tahun yang kita lewati hanya mimpi. Mimpi buruk, tepatnya. Selamat tinggal!”
“Daah..”

Engkau bukanlah segalaku
Bukan tempat tuk hentikan langkahku
Usai sudah semua berlalu
Biar hujan menghapus jejakmu

“Dia benar-benar gak pernah hubungi aku lagi. Bahkan kayaknya kita gak pernah kenal. Gila!”
“Ya, bagus dong. Jadi kamu gak terganggu. Bisa cepat-cepat move on.”
“Tapi kaan… masak gak ada jejak sedikit pun sih dari hubungan dua tahun ini? Apa aku segitu gak berartinya buat dia? Selama ini aku ngapain? Wasting time banget! Capek mikirin dia, dia sendiri gak mikirin perasaan aku kayak gini… Jahat!”
“Gak usah ditangisi. Jelas banget kali, He’s not everything for you. He’s nothing! Just simple like that.
“Soal perasaan gak pernah sesimpel itu! Kamu gak ngerti…”
“…”

Lepaskan segalanya
Lepaskan segalanya

“Jadi.. begini saja. Aku benar-benar harus melepaskanmu. Menghapus semua jejakmu, seperti hujan mengaburkan segala pandang. Begini saja akhirnya… hanya seperti ini.”


Meta morfillah

19 March, 2014

[Review Buku] Bumi

Judul: Bumi
Penulis: Tere Liye
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama, Januari 2014
ISBN: 978-602-03-0112-9
Dimensi: 440 hlm, 20 cm
Bumi
Blurb/sinopsis:
Namaku Raib, usiaku 15 tahun, kelas sepuluh. Aku anak perempuan seperti kalian, adik-adik kalian, tetangga kalian. Aku punya dua kucing, namanya si Putih dan si Hitam. Mama dan papaku menyenangkan. Guru-guru di sekolahku seru. Teman-temanku baik dan kompak.

Aku sama seperti remaja kebanyakan, kecuali satu hal. Sesuatu yg kusimpan sendiri sejak kecil. Sesuatu yg menakjubkan.

Namaku, Raib. Dan aku bisa menghilang.

Buku pertama dari serial "Bumi".

Review suka-suka tha:
Apa pun yang terlihat, boleh jadi tidak seperti yang kita lihat. Apa pun yang hilang, tidak selalu lenyap seperti yang kita duga. Ada banyak sekali jawaban dari tempat-tempat yang hilang. (Hal. 99)  
Kalian suka fantasi? Buku ini cocok untuk kalian, kalau begitu. Menceritakan kisah petualangan Raib, yang bisa menghilang dan merupakan keturunan Klan Bulan terkuat, bersama kedua sahabatnya Seli dan Ali, yang juga bukan manusia biasa.

Awal cerita, mereka bertiga hanyalah anak SMA biasa. Dengan masalah-masalah yang biasa. Kecuali, Raib--yang akan kita panggil Ra untuk ke depannya. Sejak usia dua tahun, dia bisa menghilang hanya dengan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya dan berpikiran menghilang.

Tidak ada yg mengetahui rahasia ini, hingga suatu pagi, saat Ali dan Ra dihukum oleh Miss Selena karena tidak mengerjakan PR Matematika. Ali memergoki Ra bisa menghilang, dan sejak saat itu ia mengamati Ra. Perlu diketahui, Ali ini keponya luar biasa. Seharusnya ia adalah pemenang olimpiade internasional, sayang karena sifat ingin tahunya yang terlalu besar, ia melakukan eksperimen dan meledakkan tempat olimpiade, sehingga didiskualifikasi.

Kisah ini semakin menarik, ketika mencapai pertengahan novel. Ada kejadian tak terduga, saat Ra menemani Seli ke kantin. Tak sengaja tiang listrik besar jatuh dan akan menimpa mereka. Tiba-tiba saja, Seli bisa menahan tiang listrik itu dengan kedua tangannya dan mengeluarkan petir untuk menyelamatkan jiwa mereka yang terancam. Tak lama, sekelompok panglima bayangan yang dipimpin Tamus--sosok makhluk jahat dari Klan Bulan--menyerang sekolah mereka. Tanpa mereka ketahui, ternyata guru matematika yang menyebalkan selama ini, Miss Selena adalah penolong yang menyelamatkan mereka bertiga. Miss Selena mengirimkan mereka ke dunia Bulan, melalui buku kehidupan yang diwarisi oleh Ra.

Di dunia bulan, mereka terdampar di rumah Ilo, seorang desainer yang terkenal seperti artis korea gwi yeo weon. Di sinilah mereka bertiga menemukan jati diri mereka. Ra, cucu dari cucu cucu "si Tanpa Mahkota" yang kuat dari Klan Bulan. Seli, keturunan Klan Matahari. Dan Ali, makhluk tanah atau makhluk bumi yang bisa berubah menjadi beruang. Kisah lengkapnya, silakan baca bukunya.

Nah menariknya adalah, membaca buku ini seperti mengingatkan saya pada dua buku lainnya, yakni Harry Potter karangan J.K. Rowling dan Nibiru karangan Tasaro GK. Cara-cara perpindahan Av melalui serbuk api, pertemanan tiga orang remaja dan desain kota bulan mirip seperti Harry Potter. Sedangkan, konflik utama yakni mengembalikan penguasa lama (mirip juga sih dengan Lord Voldemort di Harpot) serta kekuatan-kekuatan tiga remaja tersebut mirip dengan Nibiru. Jadi, rasanya masih kurang WOW. Seperti mudah tertebak. Tapi buku ini layak saya apresiasi, karena membuat saya ingin terus membacanya. Dimulai pukul 19.00, selesai pukul 21.00. Hahah.. Sudah lama tidak membaca sekalap ini.

Bintang 4 dari 5. Oiya, ada sedikit typo dari editannya.



Meta morfillah

18 March, 2014

Apakah cinta selalu seperti itu?



Mengapa mereka selalu saja membicarakan cinta dalam kesyahduan?
Dalam rintik hujan nan ritmis, bukan lebat yang banjir?
Dalam lembayung senja nan manis, bukan pekat malam yang kumuh?
Dalam secangkir kopi mengepul panas di sebuah gelas nan indah,
Bukan kaleng seadanya berisikan air putih saja?
Mengapa mereka selalu saja membicarakan cinta dalam kesyahduan?

Apa bila aku tak memiliki, menikmati kesemua hal tersebut,
Aku tak akan pernah mengecap cinta yang sesungguhnya?
Apa cinta hanya bermain di tempat-tempat utopis, bagai mimpi?
Lalu lupa menjelajah ke sisi ku berdiri kini?

Di rumah kumuh, pinggir rel kereta api..
Di tengah beragam makian, omongan tak berpendidikan
Di sekerak nasi aking yang semakin basi setiap hari
Apakah cinta tidak akan datang ke sini?

Mengapa cinta pilih kasih?
Mengapa cinta begitu ekslusif?
Mengapa begitu melulu gambaran cinta yang kutahu?
Mana realita cinta sejati?

Apakah cinta selalu seperti itu?
Cinta hanya untuk mereka yang fasih mengatakannya saja?
Cinta hanya untuk mereka yang penghidupannya lebih baik?

Apakah cinta selalu seperti itu?

Meta morfillah

Text Widget