"3...,2...,1...,"
Naga
datang. Lalu menaruh tasnya pada meja yang bersebelahan dengan meja Dara.
"Setelah
menaruh tas, lalu Naga akan duduk dan membuka tumblernya,"
Naga
duduk dan membuka tumblernya. Meneguk dengan cepat. Sangat haus.
"Setelahnya,
Naga akan menyapaku,"
"Halo
Dara, Semangaat!" Seru Naga seraya memamerkan senyumnya yang membuat Dara
meleleh.
Semua
sama seumpama yang Dara bayangkan dalam benaknya. Dara sangat hafal gaya Naga—teman
yang bersebelahan meja dengannya. Tentu saja, telah mudah kauterka, Dara
menghafalnya karena Dara memeram sebuah rasa khusus pada Naga. Naga adalah
cowok yang Dara suka. Sejak mereka duduk bersebelahan meja karena satu
departemen. Wajah Naga memang enggak
ganteng banget, berbeda jauh rupanya dengan cowok-cowok yang berusaha memenangkan
perasaan Dara. Namun, lama-kelamaan Dara melewatkan waktunya bersama Naga,
mengenalnya, sungguh menyenangkan. Naga lucu, ramah, supel dan acuh padanya.
Sekadar ucapan "Halo Dara, Semangaat!" yang baru saja Naga lontarkan,
terasa khusus untuk Dara. Menyebabkan debar-debar pada jantungnya, seumpama
orang yang tersengat. Tambahan pula, senyumnya. Walau Naga mengucapkan halo ke
semua teman kantornya saat berpapasan, tetap saja Dara merasa khusus, karena Dara
adalah orang pertama yang selalu mendapatkan ucapan tersebut.
“Semoga
kaurasa apa yang kurasa,”
***
Naga
tercangak-cangak saat rapat bulanan.
"Gunakan
punyaku dulu," ujar Dara seraya menyodorkan pulpen pada Naga.
"Wah,
Thanks Dara. Tahu aja aku butuh pulpen, hehe...," ujar Naga dengan senyum
lebar khasnya.
"Ya
tahulah, kamu kan suka butuh pulpen namun lupa bawa terus," jawab Dara
"makanya aku taruh banyak pulpen dalam tasku," lanjut Dara dalam
gumamnya.
"Memang
kamu teman sebelah meja yang T.O.P B.G.T. Dar!" Naga mengacungkan dua jempol
tangannya.
Dara
hanya tersenyum.
"Duh,
Naga... Nyadar kek! Aku suka sama kamu. Jangankan pulpen, perasaanku juga rela aku
curahkan ke kamu,"
gumam Dara dengan suara pelan, agar tak terdengar oleh Naga.
***
"Buat
kamu, Dar!" Naga menyodorkan kue bolu rasa cokelat ke hadapan Dara.
"Wah,
Thanks yaa...," Dara tersenyum lebar.
"Anggap
aja bayar sewa pulpenmu, hehehe. Sengaja kubawakan kue bolu rasa cokelat,
soalnya kamu enggak suka keju, kan?"
"Hah,
kok kamu tahu?" Dara terkejut.
"Kan,
kamu pernah ngomong enggak doyan keju, waktu Evan bawakan kamu oleh-oleh keju
sepulang jalan-jalan ke luar,"
"Oh,
ya? Hehee...,"
Memang
benar, Evan—cowok yang menyatakan rasa sukanya pada Dara, lalu Dara tolak—beberapa
waktu lalu membawakannya oleh-oleh keju. Sayangnya, Dara menolak. Bukan saja
karena Dara enggak suka keju, namun
Dara juga enggak suka Evan. Dara enggak suka memperoleh sesuatu karena
cowok yang jelas-jelas memendam rasa padanya, namun Dara tak mampu membalasnya.
Dara enggak sembarangan. Takut ada
omongan orang-orang yang mencapnya penebar harapan palsu, atau parahnya cewek
matre!
Tahu
bahwa Naga mencatat kata-katanya, Dara tambah tersenyum lebar.
"Aah...,
Naga. Kamu so sweet bangeeet," gumam Dara seraya menatap punggung Naga yang menjauh ke
arah luar kantor.
***
Aku
suka kamu dalam tenang
Kucoba
mendekatkan rasaku pada rasamu
Adakah
kamu merasakannya?
Naga
mendapat maklumat atasan untuk segera ke kantor cabang Yogyakarta, karena ada
masalah. Selama dua pekan yang akan datang, meja sebelah Dara akan kosong. Ketakberadaan
Naga membuat semangat Dara melemah.
Kalau kausenang hanya karena yang
kausuka ada dalam jarak pandangmu, dan tak tenang, resah saat kau tak
menemukannya, tandanya kau benar-benar menempatkannya dalam rasamu yang
terdalam.
Aah,
Dara merasakan ketakwarasan pada otaknya. Dara takut akan kangen akut selama
dua pekan. Resahnya terbaca oleh Bunga, teman Dara yang berbeda departemen. Tanpa
tahu apa yang sedang melanda Dara, Bunga mengajaknya lunch bareng. Saat akan membayar, dompet Bunga terjatuh dan
terbuka. Tanpa sengaja, Dara menemukan foto Naga berdua Bunga, berpose mesra
dalam dompet Bunga. Ternyata, Naga telah berpacaran dengan Bunga selama enam
bulan. Kecewa yang amat sangat menohok Dara. Untunglah, ada jeda dua pekan. Jarak
dan waktu menegaskan perasaan Dara. Dua pekan, membukakan mata dan rasanya,
bahwa Naga hanya menganggapnya sahabat. "Kalau boleh aku berdoa, agar
kausuka padaku, Naga. Semua akan terasa…" keluh Dara tanpa sanggup
melanjutkannya.
***
No comments:
Post a Comment