Pages

24 June, 2014

Foto Dalam Dompet



"3...,2...,1...,"
Naga datang. Lalu menaruh tasnya pada meja yang bersebelahan dengan meja Dara.
"Setelah menaruh tas, lalu Naga akan duduk dan membuka tumblernya,"
Naga duduk dan membuka tumblernya. Meneguk dengan cepat. Sangat haus.
"Setelahnya, Naga akan menyapaku,"
"Halo Dara, Semangaat!" Seru Naga seraya memamerkan senyumnya yang membuat Dara meleleh.
Semua sama seumpama yang Dara bayangkan dalam benaknya. Dara sangat hafal gaya Naga—teman yang bersebelahan meja dengannya. Tentu saja, telah mudah kauterka, Dara menghafalnya karena Dara memeram sebuah rasa khusus pada Naga. Naga adalah cowok yang Dara suka. Sejak mereka duduk bersebelahan meja karena satu departemen. Wajah Naga memang enggak ganteng banget, berbeda jauh rupanya dengan cowok-cowok yang berusaha memenangkan perasaan Dara. Namun, lama-kelamaan Dara melewatkan waktunya bersama Naga, mengenalnya, sungguh menyenangkan. Naga lucu, ramah, supel dan acuh padanya. Sekadar ucapan "Halo Dara, Semangaat!" yang baru saja Naga lontarkan, terasa khusus untuk Dara. Menyebabkan debar-debar pada jantungnya, seumpama orang yang tersengat. Tambahan pula, senyumnya. Walau Naga mengucapkan halo ke semua teman kantornya saat berpapasan, tetap saja Dara merasa khusus, karena Dara adalah orang pertama yang selalu mendapatkan ucapan tersebut.
“Semoga kaurasa apa yang kurasa,”
***
Naga tercangak-cangak saat rapat bulanan.
"Gunakan punyaku dulu," ujar Dara seraya menyodorkan pulpen pada Naga.
"Wah, Thanks Dara. Tahu aja aku butuh pulpen, hehe...," ujar Naga dengan senyum lebar khasnya.
"Ya tahulah, kamu kan suka butuh pulpen namun lupa bawa terus," jawab Dara "makanya aku taruh banyak pulpen dalam tasku," lanjut Dara dalam gumamnya.
"Memang kamu teman sebelah meja yang T.O.P B.G.T. Dar!" Naga mengacungkan dua jempol tangannya.
Dara hanya tersenyum.
"Duh, Naga... Nyadar kek! Aku suka sama kamu. Jangankan pulpen, perasaanku juga rela aku curahkan ke kamu," gumam Dara dengan suara pelan, agar tak terdengar oleh Naga.
***
"Buat kamu, Dar!" Naga menyodorkan kue bolu rasa cokelat ke hadapan Dara.
"Wah, Thanks yaa...," Dara tersenyum lebar.
"Anggap aja bayar sewa pulpenmu, hehehe. Sengaja kubawakan kue bolu rasa cokelat, soalnya kamu enggak suka keju, kan?"
"Hah, kok kamu tahu?" Dara terkejut.
"Kan, kamu pernah ngomong enggak doyan keju, waktu Evan bawakan kamu oleh-oleh keju sepulang jalan-jalan ke luar,"
"Oh, ya? Hehee...,"
Memang benar, Evan—cowok yang menyatakan rasa sukanya pada Dara, lalu Dara tolak—beberapa waktu lalu membawakannya oleh-oleh keju. Sayangnya, Dara menolak. Bukan saja karena Dara enggak suka keju, namun Dara juga enggak suka Evan. Dara enggak suka memperoleh sesuatu karena cowok yang jelas-jelas memendam rasa padanya, namun Dara tak mampu membalasnya. Dara enggak sembarangan. Takut ada omongan orang-orang yang mencapnya penebar harapan palsu, atau parahnya cewek matre!
Tahu bahwa Naga mencatat kata-katanya, Dara tambah tersenyum lebar.
"Aah..., Naga. Kamu so sweet bangeeet," gumam Dara seraya menatap punggung Naga yang menjauh ke arah luar kantor.
***
Aku suka kamu dalam  tenang
Kucoba mendekatkan rasaku pada rasamu
Adakah kamu merasakannya?

Naga mendapat maklumat atasan untuk segera ke kantor cabang Yogyakarta, karena ada masalah. Selama dua pekan yang akan datang, meja sebelah Dara akan kosong. Ketakberadaan Naga membuat semangat Dara melemah.

Kalau kausenang hanya karena yang kausuka ada dalam jarak pandangmu, dan tak tenang, resah saat kau tak menemukannya, tandanya kau benar-benar menempatkannya dalam rasamu yang terdalam.

Aah, Dara merasakan ketakwarasan pada otaknya. Dara takut akan kangen akut selama dua pekan. Resahnya terbaca oleh Bunga, teman Dara yang berbeda departemen. Tanpa tahu apa yang sedang melanda Dara, Bunga mengajaknya lunch bareng. Saat akan membayar, dompet Bunga terjatuh dan terbuka. Tanpa sengaja, Dara menemukan foto Naga berdua Bunga, berpose mesra dalam dompet Bunga. Ternyata, Naga telah berpacaran dengan Bunga selama enam bulan. Kecewa yang amat sangat menohok Dara. Untunglah, ada jeda dua pekan. Jarak dan waktu menegaskan perasaan Dara. Dua pekan, membukakan mata dan rasanya, bahwa Naga hanya menganggapnya sahabat. "Kalau boleh aku berdoa, agar kausuka padaku, Naga. Semua akan terasa…" keluh Dara tanpa sanggup melanjutkannya. 
***

No comments:

Post a Comment

Text Widget