Pages

30 June, 2014

Bukan malaikat yang sedang rehat (momen setahun sekali)

Mengapa euforia bulan ramadhan di tiap tahun selalu meriah? Tidak hanya untuk umat Islam, melainkan untuk umat lainnya. Terlihat sekali rahmatan lil 'alaminnya. Semua berbahagia, menyambut datangnya ramadhan, bulan pelatihan untuk jiwa. Namun, euforia ini pun menimbulkan kontroversi. Apa saja kontroversinya? Berikut saya uraikan, hasil pengamatan saya...

1. Ucapan "mohon maaf lahir batin" yang tiba-tiba membanjir

Ya, menyenangkan awalnya ketika kita menerima ucapan maaf dan dimaafkan oleh handai taulan. Hanya saja, kata maaf menjadi "murah" dan "tak berharga" ketika diobral sedemikian rupa, hingga mengganggu. Terutama bila dibroadcast melalui bbm, WA, dan media sosial lainnya. Niatnya sih baik, tapi jangan sampai caranya kurang baik. Saya pribadi, tak menanggapi chat yang berupa broadcast. Mengapa? Sebab, menurut saya itu "kurang dari hati". Sekali ketik, sebar, selesai. Saya lebih menghargai orang yang chat biasa, personal, lebih terasa effort meminta maafnya. Setidaknya, walau copas, tapi tidak disebar dalam satu kali. Ada usaha lebih, mencoba membuka satu per satu kontak yang ada di HP.

Parahnya lagi, dari sikap mereka yang suka broadcast pesan, yang menerima jadi apatis. Mereka mulai malas menanggapi "maaf", semua terasa hanya basa-basi. Lalu yang ada bukannya memaafkan, malah gumaman dan keluhan atas terganggunya kenyamanan. Tiap ada yang broadcast, langsung ngomong, "Ah, malas banget broadcast gini. Spam aja!" Bahkan tanpa dibaca, langsung end chat, kalau lagi bete, langsung di delcon. Nah loh!

Maka coba ingatlah, niat baik belum tentu menghasilkan hasil yang baik, bila caranya salah.


2. Mendadak semua menjelma manusia langit, sok alim, sok suci

Tiba-tiba saja, semua menjadi pakar agama. Yang biasanya berpakaian seksi, mendadak tertutupi. Yang salatnya bolong-bolong, jadi rajin tarawih. Semua berupaya sibuk menyiapkan buka bersama dan sahur on the road bersama anak yatim dan kaum dhuafa. Berlomba-lomba sedekah, dan omongannya seperti ceramah di televisi. Mendadak dunia terasa disesaki oleh para malaikat yang sedang rehat di bumi.

Di balik fenomena ini, saya lebih memilih berpikir positif. Walau kontroversi, saya tetap lebih suka upaya mereka yang menjaga image, dan mendadak seperti manusia langit. Dibilang sok alim, sok suci, menurut saya tak mengapa. Daripada dibilang sok najis, sok jahat? Nah loh! Biarkan sajalah, sebaik apa pun dirimu, pasti tetap akan ada omongan buruk tentangmu. Sampai mereka tersadar saat kamu sudah tiada. Mereka kehilanganmu.

Lebih baik begitu. Mungkin saja dari sok-sokan itu, ada yang terketuk hatinya, lalu membekas kemudian menetap menjadi hidayah. Bukankah hidayah itu harus dijemput, diusahakan dan diupayakan?



Hmm... Lalu... Apa lagi, ya? Baru segitu sih yang saya dapatkan dari hasil pengamatan saya di hari pertama ramadhan ini.

Kalau ada pendapat berbeda, atau masukan silakan dikomentari. Ini tulisan murni kebebasan berekspresi saya berdasarkan pengamatan panca indera saya. Boleh jadi benar, boleh jadi salah. Yang penting, jaga kesehatan agar ibadahnya lebih optimal. Marhaban yaa Ramadhan, selamat menunaikan ibadah puasa!


Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget