Ini tentang sahabat SMA gw. Sebut aja nama wanitanya Bunga dan lelakinya Kumbang.
Awal pacaran, kita--terutama gw, yang notabene sahabat
dari keduanya--sampai gumoh lihat kemesraan mereka. Benar-benar kayak
gw numpang lewat, kagak pake ngontrak lagi di dunia. Asyik masyuk
berdua. Sampai risih lihat show off kemesraan mereka. Sebagai sahabat,
gw sudah memperingatkan mereka, bahwa ulahnya bisa menimbulkan
kecemburuan sosial. Terutama bagi yang jomblo. Eh, tapi gw mah kagak
ngaruh, ye.
Singkat cerita, show off kemesraan itu hanya bertahan
tiga bulan. Perlahan mereka mulai merenggang. Mungkin bosan juga, karena
hampir tiap menit ketemu muka yang sama, pasangannya. Gaya pacarannya
pun sudah stuck, kagak sevariatif dulu. Sudah semua dicoba kali, ya.
Lalu, di bulan keenam, mereka mulai berjauhan. Lebih
tepatnya sahabat gw yang cowok, mulai menjauh dan asyik sama
teman-temannya--termasuk gw. Sahabat gw yang cewek mulai bete. Sering
menyetel lagu Maudy Ayunda yang judulnya 'Pilih Aku atau temanmu'.
Mellow. Lalu kenalah gw, sebagai sahabatnya yang selalu dicurhatin. Jadi
tong sampahnya. Sebagai sahabat yang baik, gw coba ngomong juga sama
sahabat cowok gw. Dia iya-iyain aja, dan gantian curhat. Dan itu mulai
menjemukan bagi gw. Gw terjebak di antara hubungan mereka. Hampir tiap
hari sahabat cewek gw bbm, curhat tentang perubahan cowoknya. Sedang
sahabat cowok gw, makin malas dihubungi ceweknya. Gw, serasa operator.
Perkara yang bikin gumoh dan gak penting menurut gw, membuat gw nekat
ngumpulin keduanya tanpa sepengetahuan mereka.
Gw atur janji barengan mereka berdua, di sebuah kafe
bilangan grogol. Saat keduanya datang, yang cewek keliatan senang banget
ngeliat cowoknya. Sedang yang cowok, langsung pasang muka bete.
Gw yang menjadi korban telinga panas dari hubungan mereka berdua, membuka pembicaraan,
"Kumbang, Bunga, gw capek. Kalian kalau ada masalah coba
diselesaikan berdua. Jangan melibatkan gw di tengah. Lo kata, gw
operator hubungan lo!"
Mereka diam. Gw melanjutkan dengan emosi yang meletup.
"Kumbang, lo tuh kenapa sih susah banget dihubungi
Bunga? Kalau emang lo laki, udah bosan, bilang! Jangan gantungin cewek
kayak gitu. Gentle dong, berani memulai, berani memutuskan."
Tampak mata Bunga mulai berkabut. Sementara Kumbang melirik malas ke arah gw.
"Pokoknya, sekarang kalian berdua harus selesaikan
masalah kalian berdua di sini! Kalau kagak, gw malas berteman sama
kalian berdua lagi!"
Melihat mereka yang masih terdiam, gw melanjutkan,
"Gw percaya, dalam hubungan itu jarak bukan dihitung dari
seberapa jauh pasangan berada, tapi dilihat dari seberapa gede niat
ketemunya. Jadi, dalam hubungan sekota pun, kalo nggak pernah ada niat
buat ketemu, artinya itu hubungan yang berjarak. Lo berdua padahal kagak
LDRan, tapi lebih jauh jaraknya dibanding pasangan LDR lain yang gw
kenal."
Lalu gw pergi meninggalkan mereka berdua. Whatever
lah! Gw paling malas dilibatkan sama hubungan absurd macam itu. Bikin
emosi jiwa. Too childish. Mendingan gw mikirin kegiatan sosial lain.
Isshh...
***
Keesokan harinya, sahabat cewek gw datang ke rumah. Dia curhat (lagi).
"Gw udah putus sama Kumbang."
"Baguslah. Daripada lo terus sakit hati."
"Tapi gw masih sayang sama dia."
"Tenang aja, time heals the wound."
"Iya, tapi mungkin akan lama."
"Bunga, lo berdua udah beda keyakinan. Lo yakin, tapi
dia ga yakin untuk tetap memperjuangkan hubungan. Kalau dia sendiri
tidak yakin dengan pilihan memperjuangkan hubungan lo berdua, ya
hubungan lo kagak akan bertahan lah!"
"Lo sadis banget, sih!"
"Sengaja. Biar lo buka mata. Mungkin dia teman baik lo, tapi belum tentu bisa jadi teman hidup lo!"
***
*terinspirasi dari salah 1 kalimat di buku #relationshit
Meta morfillah
No comments:
Post a Comment