Pages

30 June, 2014

Berbeda cara, satu muara

Pernah saya lihat sebuah gambar yang menceritakan hal ini:
1. Orang muda (usia 0-22 tahun, masa-masa kuliah), memiliki energi dan waktu yang banyak, tapi memiliki sedikit uang.
2. Orang dewasa (usia 23-40 tahun, masa produktif, sedang berkarir), memiliki energi dan uang yang banyak, tapi memiliki sedikit waktu.
3. Orang tua (usia 40 ke atas, menjelang pensiun), memiliki waktu dan uang yang banyak, tapi memiliki sedikit tenaga.


Baru saya pahami maksud gambar tersebut hari ini.

Sekarang usia saya 24 tahun, energi saya begitu besar, uang pun alhamdulillah ada karena saya bekerja. Tapi, waktu... Rasanya selalu kurang. Waktu untuk keluarga, teman-teman, hidup sosial, hingga diri saya sendiri. Rasanya hampir semua dunia saya tentang pekerjaan. Hari libur pun, yang saya usahakan untuk tidak diganggu gugat dengan urusan lain, karena itu hari khusus saya bersosialisasi dengan keluarga, teman-teman, dan diri saya sendiri, terkadang terpakai untuk pekerjaan. Diniatkan mau pun tidak diniatkan. Itulah konsekuensi kehidupan.

Namun, yang menyedihkan adalah saat ini. Ketika saya menyadari bahwa sepandai apa pun saya mengelola waktu, tetap saja ada variabel-variabel lain, seperti perizinan, jam malam (karena saya wanita), dan lainnya, yang mengurangi kebebasan gerak saya.

Hal yang baru saja saya alami, dan itu cukup membuat saya sedih adalah, ketika saya ingin berbagi. Menjelang bulan ramadhan, banyak sekali program-program berbagi, menandakan animo masyarakat yang tinggi untuk berlomba-lomba dalam kebaikan (fastabikul khairaat). Terlepas dari apa pun niatnya, saya pun berpikiran positif. Saya juga ingin sekali terlibat. Maka saya mendaftar ke salah satu program, ingin menjadi panitia. Sebab, saya ingin berbagi dengan kemampuan saya yang maksimal, dari ide, tenaga dan uang. Sayangnya, konsekuensi menjadi panitia inti adalah harus menghadiri rapat rutin. Di mana, rapat itu seringnya diadakan hari sabtu/minggu. Hari khusus keluarga. Saya mencoba melobi, dengan menawarkan agar hasil rapat dikirim ke email, atau rapat online. Namun, ada beberapa hal teknis, yang memang menuntut pertemuan secara fisik. Menyebalkannya adalah, di tanggal yang ditentukan, saya tidak bisa hadir. Sebab tanggal itu sudah dibook oleh mama saya untuk sebuah acara keluarga. Saya hanya bisa mengikuti rapat ketiga. Koordinator program tersebut tak bisa menerima saya. Dan pada akhirnya saya hanya bisa berbagi lewat donasi uang.

Sedih...
Itu yang saya rasakan. Rasanya ingin sekali membelah diri ini menjadi beberapa, atau meminjam boneka P-Man. Sesungguhnya, dalam hal berbagi itu akan sangat mengena bila kita terjun langsung. Merasakan beragam emosi yang menyatu hingga terlaksananya sebuah program. Berbagai kesalahpahaman yang biasa terjadi karena kurang koordinasi dan komunikasi, perasaan lelah, berusaha ikhlas dan rasa bahagia saat program tersebut terlaksana. Donasi uang memang penting, hanya saja kurang 'greget' bagi saya.

Tapi balik lagi, mungkin itulah kadar kemampuan saya saat ini. Beragam program-program berbagi yang begitu hebat, saya lewatkan. Karena biasanya terkendala izin orang tua. Entah karena acaranya yang diselenggarakan malam hari, sehingga bentrok dengan jam malam saya. Atau karena mama merasa, waktu saya kurang untuk di rumah, padahal masih banyak hal yang harus saya pelajari untuk menjadi seorang istri dan ibu, ratu di rumah. Tuntutan sebagai wanita. Kadang saya iri dengan teman-teman yang diberi kebebasan dan kepercayaan oleh orang tua mereka. Diri mereka untuk ummat. Kadang saya malu, apa saja kontribusi saya bagi ummat, apa saja yang sudah saya perbuat? Tapi... Pada akhirnya saya harus berbaik sangka. Tuhan pasti menyiapkan skenario untuk saya. Biarlah untuk saat ini, saya mengatasnamakan mama, keluarga dan menjadi penjaga rumah yang baik. Semoga, kelak saya mendapatkan pasangan yang mendukung saya untuk berbagi dan bermanfaat lebih luas bagi dunia.

Sebab, ada hak-hak orang lain dari ruh dan tubuh ini, yang harus saya penuhi. Sebab, ada peran yang harus dijalani tiap diri di dunia ini. Tak pernah sama, tak harus sama, tapi bermuara pada hal yang sama, Tuhan yang Esa.


Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget