Kamu tahu, memandangi tingkahmu adalah kesenanganku. Rasanya tak ingin
sampai ada yang mengusik keasyikanmu. Tanpa kamu tahu, aku selalu
berusaha memelukmu, tanpa memelukmu. Mengagumimu dari jauh. Aku selalu
berusaha menjagamu, tanpa menjagamu. Menyayangimu dari jauh. Ya, persis
seperti lirik sebuah lagu. Terkadang, tak perlu berlebihan menunjukkan
kasih sayang. Sebab, dengan cara yang tak kamu ketahui, sesungguhnya
kasih sayangku bekerja padamu. Membiarkanmu menghadapi masalahmu
sendirian. Padahal, dalam hatiku begitu ingin membantumu. Lalu tersenyum
bangga, lebih bahagia dan kagum bila kamu berhasil memecahkan masalahmu
sendiri. Mungkin itulah perasaan tiap ibu dan ayah, istri dan suami,
yang menginginkan kehebatan anak dan pendampingnya. Tak mau sampai
merusak keindahan proses metamorfosa yang kelak dibutuhkan oleh kamu
saat menghadapi dunia yang semakin tua, hidup yang semakin keras, dan
ujian yang semakin bertingkat.
Bagilah kelelahanmu padaku. Itu pun jika kamu berkenan. Sebagai wanita, ibu dan istri selalu mencari teman berbagi bila tertimpa masalah. Bukan mencari solusi, hanya butuh didampingi, ditemani dan didengarkan. Sedangkan ayah dan suami akan menjadi "manusia gua", bila tertimpa masalah. Menyepi, menyendiri, untuk menemukan solusi sendiri. Persis seperti yang dilakukan Sang Nabi di Gua Hira.
Terkadang, antara wanita dan lelaki, kita salah menerapkan hal tersebut. Terbalik. Saat lelaki kita tertimpa masalah, wanitanya memaksa untuk dibagi masalah tersebut dengan meminta diceritakan. Tentu saja, itu menyebalkan dan membuat gerah sang lelaki. Pun sebaliknya, ketika wanita kita tertimpa masalah, lelakinya memaksa menyodorkan solusi buah pikirnya. Tentu saja, itu menyebalkan dan membuat gerah sang wanita.
Bagilah kelelahanmu padaku, dengan caramu. Akan kuhormati dengan caramu, tapi jangan lupa hormati caraku, bila aku pun sedang lelah. Bukankah kamu dan aku, menjelma jadi kita, bila saling menjaga dan memiliki "kita"?
Meta morfillah
Bagilah kelelahanmu padaku. Itu pun jika kamu berkenan. Sebagai wanita, ibu dan istri selalu mencari teman berbagi bila tertimpa masalah. Bukan mencari solusi, hanya butuh didampingi, ditemani dan didengarkan. Sedangkan ayah dan suami akan menjadi "manusia gua", bila tertimpa masalah. Menyepi, menyendiri, untuk menemukan solusi sendiri. Persis seperti yang dilakukan Sang Nabi di Gua Hira.
Terkadang, antara wanita dan lelaki, kita salah menerapkan hal tersebut. Terbalik. Saat lelaki kita tertimpa masalah, wanitanya memaksa untuk dibagi masalah tersebut dengan meminta diceritakan. Tentu saja, itu menyebalkan dan membuat gerah sang lelaki. Pun sebaliknya, ketika wanita kita tertimpa masalah, lelakinya memaksa menyodorkan solusi buah pikirnya. Tentu saja, itu menyebalkan dan membuat gerah sang wanita.
Bagilah kelelahanmu padaku, dengan caramu. Akan kuhormati dengan caramu, tapi jangan lupa hormati caraku, bila aku pun sedang lelah. Bukankah kamu dan aku, menjelma jadi kita, bila saling menjaga dan memiliki "kita"?
Meta morfillah
No comments:
Post a Comment