Pages

02 June, 2014

Membunuh malas dengan konsistensi

"Met, kamu produktif sekali."

"Rajin banget lo, Met!"

"Bagaimana caranya biar gak malas sih, Met?"


And many else...

Menghadapi beragam komentar dan pertanyaan yang sama dari ragam orang yang berbeda, kadang bikin mati kutu. Konfirmasi aja, tha itu pemalas nomor sekian. Percayalah, ada dua orang yang akan menyetujui dengan cepat bahwa tha itu pemalas, mama dan kakak tha. Dari sisi kualitas ibadah, kerja dan ketelatenan rumah tangga mama nomor satu. Sedang kakak, dari sisi ketelitian, kerapian, dan masakan juara juga. Lah, meta? Entah, dari sisi mananya dibilang rajin. Tapi, saya hargai apresiasi mereka. Sebenarnya, saya sedang bertarung tiada henti dengan kemalasan. Ketika saya sedang terlihat rajin, berarti saya sedang menang, berkat satu senjata, namanya KONSISTENSI.

"Orang keren itu, orang yang enggak suka sesuatu, tapi dia tetap bertahan dan mencoba menyelesaikan sesuatu itu dengan baik. Contohnya, semua orang pada dasarnya enggak suka sekolah. Tapi, mereka tetap sekolah dan lulus dengan cara yang baik. Mereka itu keren!" Kata ayah Pidi Baiq di suatu sore, tepatnya di acara talk show Jakarta Book Fair 2014.

"Barang siapa bersyukur kepada Allah, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri. Dan barang siapa tidak bersyukur (kufur), maka sesungguhnya Allah maha kaya, maha terpuji." (Al Qur'an surah Luqman ayat 12)

Dalam hal apa pun, baik ibadah, menulis, memasak, mencuci, perkara bebenah rumah tangga, pekerjaan kantoran, dan semua hal dalam hidup, formulanya saya rasa sama. Bercermin dari penulis-penulis sukses, yang mungkin sudah gumoh dengan pertanyaan "Bagaimana caranya menjadi penulis yang karyanya sukses? Apa kiat untuk menjadi penulis yang sukses"
 
Kebanyakan menjawab hal yang sama, walau diksinya berbeda. "Menulislah. Menulis, menulis, menulis, membaca. Disiplinkan diri, minimal satu jam sehari untuk menulis apa saja."
Intinya: LAKUKAN dan KONSISTENLAH!

Sebab, kamu tidak akan pernah dapat menemukan kesuksesan, bila tidak pernah melakukannya. Kejatuhan, stuck, demotivasi, mendapat ilham, dan sebagainya adalah proses kreatif menulis, yang terjadi hanya, DAN HANYA JIKA, kamu melakukannya dengan konsisten.

Begitu pula dalam hal ibadah. Manusia itu tempatnya lupa. Makanya, dikasih nama insan yang artinya tempatnya khilaf/lupa. Sudah dikatakan dalam kitab, bahwa kita harus saling nasihat-menasihati dalam kebaikan dan kesabaran. Tuhan tahu, kita itu pelupa, makanya disuruh cari teman yang saling mengingatkan. Tuhan pun tahu, kita itu kebanyakan suka berkompetisi atau deadliners, maka dibilang dalam sebuah ayat, berlomba-lombalah dalam kebaikan. Jangan pedulikan omongan orang lain, takut dicap riya', pamer, sok suci, dan sebagainya. Jalani saja dulu, rajin-rajin istighfar dan meluruskan niat setiap saat. Sebab siklus kita adalah dipaksa-terpaksa-biasa-budaya.

Memang membosankan, bertemu dengan orang yang banyak alasan untuk menuju kebaikan, keunggulan dirinya sendiri. Percuma diladeni, kalau sudah diberitahu rahasianya, masih saja asyik berkutat dengan masalah dirinya. Sampai mati, yang namanya MALAS itu enggak ada obatnya. Harus dilawan, diperangi.

Selalu ada ALASAN, di balik setiap KEMALASAN.

Pada akhirnya, ketika ada yang bertanya dan sudah dijelaskan, tapi tidak dipraktikkan seperti itu, saya ingin mengutip perkataan seorang mas yayan,
"Kalau memilih untuk malas, ya tanggunglah pahalanya. Kalau memilih giat, ya terimalah akibatnya."

Semoga tulisan ini, mampu memotivasi saya, ketika saya mulai mengeluh, demotivasi, dan terserang penyakit malas.

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget