Pages

23 May, 2014

Rahasia penjaja cerita cinta

Sebutkan satu kata! Apa saja, nama benda, sifat, rasa, terserah...
Aku akan merangkaikan sebuah cerita cinta dari kata yang kamu sebutkan. Sebab, itulah pekerjaanku. Penjaja cerita cinta. Dan dengan itulah aku dibayar.

Kata-kata sudah menjadi udara yang kuhela, debar yang selalu terpompa di jantungku. Ia menari-nari begitu lekat di dalam kepalaku. Membelukar serupa hutan di Kalimantan. Menghidupkannya tak sulit. Memberi ruh pada kata-kata yang merangkai cerita itu, hanya dengan mengandalkan imajinasiku. Beruntunglah pada sumber cerita yang tak pernah habis, mereka yang sering menceritakan curahan hatinya padaku. Hanya dengan memberikan telinga, aku akan merasakan sensasi sebuah rasa baru. Meski untuk sebuah cerita yang klise. Menimpa orang yang berbeda, akan memberikan rasa yang berbeda pula.

Aku akan tertawa bahak, bila berhasil mengecoh pembacaku. Membuat mereka berasumsi, bahwa itu adalah ceritaku, dan tokoh yang kuceritakan adalah diriku. Meski sering kugunakan sudut pandang pertama (aku), cerita itu belumlah tentu tentangku. Sering kali, kucomot penggalan hidup si A, ditambah detail hidup si B, dan diberi ending kehidupan si C. Jadilah ia sebuah cerita beragam warna dalam satu jalinan. Bahkan, bila aku sedang malas menceritakan sebuah tokoh, aku bercerita saja, tanpa mencipta wujud tokohnya. Dan hei...! Pembacaku bahkan lebih tahu dari diriku! Mereka bilang, tokohku nyata dan mereka pernah bertemu dengannya. Sementara aku di sini, tersenyum simpul, wong aku saja tidak tahu wujud tokoh yang kuceritakan. Absurd?

Apakah aku mengalaminya semua? Apakah kisah cintaku begitu ragam sebagaimana cerita-cerita cintaku padamu? Hahaha... Aku bahkan belum mengalami jatuh cinta. Terlebih patah hati. Untuk apa? Untuk siapa, lebih tepatnya? Mungkin kewarasanku masih melindungi. Sebab katanya cinta membuatmu gila, dan saat ini aku tidak sedang gila. Mungkin logikaku masih berfungsi. Sebab katanya cinta tak mengenal logika. Lalu apa bedanya dengan hewan? Cinta membuatmu melakukan hal-hal sebaliknya, bahkan hal-hal yang tak pernah kamu lakukan. Mungkin, ketika aku jatuh cinta, aku akan berhenti menjadi penjaja cerita cinta. Mengapa? Sebab, aku yang terbiasa bermain kata, menjadi tak bisa berkata-kata. Syarafku tumpul semua. Lalu, apakah cinta itu anugerah? Ketika semua itu terasa seperti kutukan bagiku?

Lalu, apakah kamu akan berhenti memintaku bercerita dan membayarku, ketika kamu tahu bahwa aku belum pernah mengalami apa yang aku ceritakan?

Sssttt... Ini rahasia! Jangan sampai ada yang tahu! Sekarang kamu tahu, aku memiliki sebuah rahasia. Lantas, apa rahasiamu?

*terinspirasi dari judul kumcer @edi_akhiles

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget