Pages

13 May, 2014

Anugerah atau kutukan LED merah?

Gambar diambil dari sini
"Cling"

Kupilih mode silent untuk meredam bunyi berisik itu. Tapi lampu LED berwarna merah yang berkedip-kedip beberapa detik, nampak seperti tangan yang melambai. Memaksamu mendatanginya. Menyebalkan! Seperti raja sekali dia!

Bukan hanya sekali. Ini sudah berkali-kali dan semakin menjadi. Bahkan semakin ramai menjelang tengah malam. Bahkan memilih untuk menonaktifkannya, tetap saja tak membuat mati lampu itu. Ketika kuaktifkan kembali ponselku, serbuan pesan, informasi di beragam media sosial itu seperti hujan yang tiba-tiba dan begitu deras. Gila!

Komunikasi memang semakin mudah. Tanpa perlu harus sinkronisasi waktu yang sama. Ribuan pesan itu dapat dibaca kapan saja. Tapi yang menyebalkan adalah, ketika kamu butuh ketenangan. Ponsel--yang katanya--pintar ini malah seperti kutukan. Kalau kumatikan jaringan mobilenya, ia akan menjadi seonggok benda rongsokan tak berguna. Tak lagi menjelma fitrahnya sebagai alat komunikasi. Kalau kuhidupkan, aku yang menjadi seonggok kemanusiaan yang terkapar di tengah derasnya arus informasi. Terasa sekali ragam informasi yang bila tidak bijak kamu pilah dan pilih, akan membunuhmu perlahan.

Parahnya lagi, manusia lain merasa wajar saja menghubungimu kapan saja. Tidak ada batasan jam. Tidak ada toleransi jam tidur, waktu libur, mereka tetap gencar menghubungimu hingga mendapatkan apa yang mereka mau. Sadis! Tega! *segala judul lagu Afgan keluar*

Saat kamu beribadah pun, lampu LED berwarna merah tersebut tetap menyala-nyala. Tak ada matinya. Rasanya, kedamaian dunia sudah tak ada lagi. Semua orang merasa berhak mencampuri yang bukan urusannya. Membuat yang jauh terasa dekat, padahal bertemu muka pun tidak. Semua palsu. Topeng belaka. Yang dekat menjadi jauh, sebab tahu bahwa itu semua topeng. Lalu semua lebih asyik memakai topengnya, hingga lupa kembali ke dunia nyata.

Hingga aku bermimpi, dunia dipenuhi lampu LED yang berwarna merah. Berkedip-kedip. Menyesaki semesta. Dunia yang luas, kini semakin kecil terasa. Ini anugerah, atau kutukan?


Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget