Pages

23 May, 2014

Penjaja harapan palsu & cintanometer

"Harapan palsu, harapan palsuuuu..."

"Sayang hati, sayang pikiran, belilah harapan palsu untuk hiburaaaan!"

Bersahut-sahutan penjaja harapan palsu mendatangiku. Zaman semakin gila, siapa sangka bahkan harapan dapat dipalsukan dan diperjualbelikan!

Aku tertarik mewawancarai seorang penjaja harapan palsu yang tersenyum dari tadi. Mengintai dengan matanya, tanpa berkoar-koar. Aku memanggilnya dengan lambaian tangan. Menyuruhnya duduk di sampingku.

"Berapa harga harapan palsumu?"

"Tergantung durasi yang Anda butuhkan, Nona"

"Memang ada berapa jenis?"

"Aku menyediakan per jam, per hari, per bulan dan per tahun."

"Sebenarnya, aku tidak membutuhkan itu semua. Aku hanya ingin berbincang denganmu. Bagaimana kalau kubayar satu jam saja?"

"Boleh, Nona."

Aku membayarkan nominal yang ia minta.

"Mengapa kamu menjadi penjaja harapan palsu?"

"Sebab bisnis ini besar sekali peluangnya, Nona. Begitu banyak wanita yang membutuhkan harapan palsu. Terlebih didukung oleh infrastruktur dan media sosial. Menjadikan bisnis ini begitu menjanjikan. Mudah."

"Mengapa wanita yang lebih membutuhkan harapan palsu? Atas dasar apa kamu berkata seperti itu?"

"Hahaa... Nona ini lucu. Dari jumlah antara lelaki dan wanita saja sudah jauh perbandingannya. Wanita yang begitu banyak dan kurang beruntung mendapatkan kesempatan untuk merasakan indahnya hubungan asmara, mereka butuh sebuah hiburan. Mereka butuh akan sebuah harapan, bahwa mereka pun merasakan hal itu. Untuk itu, muncullah kami. Penjaja harapan palsu."

"Dari mana asalnya harapan palsu? Apakah seperti CD bajakan? Kamu mengcopynya dari CD asli?"

"Harapan palsu yang kami jajakan, hanyalah perilaku yang diharapkan terjadi atau diinginkan oleh pembeli. Semua itu kami riset dari pengalaman-pengalaman orang yang memiliki harapan. Kami survey, apa saja yang diinginkan. Misal, wanita itu suka digombalin. Dia mengharapkan ada seorang lelaki memujanya, mengirimkan sms berisi puisi untuknya setiap pagi. Maka, kami modif hal itu. Kami berikan, apa yang dia mau. Tentunya dengan kualitas yang bergantung pada bayaran dia kepada kami. Masalah rasa, sensasi, memang berbeda. Karena kami tidak memakai hati. Namun, rata-rata klien kami senang dan puas. Setidaknya, dalam hidup, ia merasa telah mengalami. Itulah intinya, Nona."

"Seperti simulasi?"

"Ya.. Seperti itu."

"Padahal, tak semua penjaja tampan sepertimu. Mengapa tetap laku, ya?"

"Hahaa.. Nonaa... Klien kami tak mementingkan tampang. Yang penting keinginannya terpenuhi. Mereka hanya fokus pada perlakuan kami."

"Apa bedanya dengan playboy?"

"Beda, Nona. Kami tidak pernah menjanjikan sebuah ikatan. Kalau pun ada beberapa dari kami yang terikat, mereka harusnya sadar, bahwa itu tak mungkin menjadi selamanya. Kami tak pernah menyakiti, sedang playboy selalu menyakiti. Playboy benar-benar memainkan wanita, kami tidak."

"Setelah harapan palsu yang demikian marak, apakah nanti cinta pun akan palsu?"

"Bisa jadi, Nona. Bahkan sedang ada riset alat untuk mengukur seberapa tulusnya cinta seseorang. Namanya cintanometer."

"Gila!"

"Ya, dunia memang sudah gila, Nona. Hmm... Nona, apakah nona tidak mau menghabiskan hari bersamaku? Aku rasa, aku menyukai Anda, Nona."

"Hahaa... Kamu begitu lucu! Bagaimana mungkin seorang penjaja harapan palsu jatuh cinta! Sudahlah, pergi sana. Terima kasih atas satu jamnya."

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget