Ada banyak ilmu yang saya dapatkan dari #KampusFiksi7 yang kami sebut Pelangi Kampus Fiksi. Salah satunya adalah beragam pengetahuan menulis yang didapatkan dari tanya jawab bersama Pak Edi (CEO Diva Press). Saya ingin membaginya dengan kalian, semoga bermanfaat...
1. Apakah boleh membuat setting karangan, yang
sebenarnya tidak ada di dalam sebuah cerita?
Boleh.
Asal jangan melanggar batas mainstream
logika. Misal, ga mungkin di paris ada yang jual blangkon.
2. Apa yang harus dilakukan untuk menghidupkan
tokoh yang kebanyakan biasanya berasal/cerminan diri kita?
Misal, yang wanita muslim, kesulitan
menggambarkan tokoh bad boy yang biasa berbicara dengan makian seperti, “Anjing
lo!”
Padahal kita gak pernah punya teman bad boy
& risih dengan kata-kata makian. Risikonya sang tokoh akan jadi garing,
membosankan dan kurang hidup. Jadi harus total dalam penokohan.
Pendalaman tokoh/totalitas karakter itu
penting. Kalau dia bad boy, suka mengumpat, ya tulislah apa adanya. Menulis
umpatan dalam cerita ga dosa kok! Jangan terlalu asyik dengan alur hingga lupa
mendeskripsikan tokoh dan setting.
3. Kata guru bahasa Indonesia saya, alur harus
tunggal. Apakah dalam menulis cerpen harus alur tunggal, maju yang maju saja, mundur
ya mundur saja?
Sebenarnya tidak harus, hanya saja itu
kebanyakan diajari di sastra lama, seperti angkatan balai pustaka, pujangga
baru. Karena dalam pelajaran bahasa Indonesia saja jarang mencantumkan nama
penulis terbaru seperti benz bara, dll. Ini dilema dan dinamika kepenulisan
kita. Semua bebas dieksplorasi, ASAL LOGIKA CERITANYA TERPELIHARA. Inilah
batasan kalian dalam menulis.
4. Lalu bagaimana menjaga logika cerita dalam
menulis fantasi? Padahal logika ceritanya kan harus masuk logika?
Yaa… tapi tetap harus ada logika ceritanya.
Misal ketika marah jadi naga, nah harus ada penjelasan logis mengapa bisa
berubah jadi naga?
Bebas bereksplorasi, tapi tetap harus ada
logikanya di balik itu semua. Kalau di fiksi sejarah, ada data-data yang jadi
aksioma (kebenaran/pengetahuan umum), nah itu yang ga boleh dilanggar. Misal
semar itu diketahui umum (aksioma) berperut besar, nah ga bisa dengan seenaknya
kita buat semar menjadi berperut six pack.
5. Ketika menulis novel, kan ada banyak tokoh.
Apakah kita perlu mendalami karakter berbagai tokoh semuanya? Padahal kan
biasanya hanya berfokus pada tokoh utama?
Ya, tentu perlu. Hanya saja jangan sampai
mengalahkan porsi tokoh utama. Jangan sampai kita hanya focus pada alur cerita
saja, lalu lupa yang lain (setting, penokohan, dll).
6. Bagaimana buat cerita yang harusnya pakai
bahasa local/asing, sedang kita tidak menguasainya, agar lebih terasa oleh
pembaca?
Cukup di bagian awal atau beberapa bab saja yang pakai dialek local. Lalu sisanya
tetap bahasa Indonesia. Jangan semuanya pakai bahasa local.
7. Bagaimana menemukan ciri khas menulis karya
yang berkualitas dan menuangkan serta mengembangkan ide yang sudah ada?
Ga usah ribet dengan style. Itu akan
terbentuk dengan sendirinya seiring proses kreatif, asal kamu punya pondasi
teknik & HABIT menulis. Tentu harus riset yang banyak, membaca yang banyak
dan mencoba menulis yang banyak. Kalau gak riset, karyamu hanya akan
muter-muter di situ saja. Tidak semua ide harus dituliskan, ada masa riset, ada
masa kontemplasi (pendalaman). Dengan itu semua, ide kalian akan matang dan
kalian tidak akan mengalami writer’s block.
Yang penting adalah OUTLINE. Langsung tulis ide tersebut, walau hanya
satu kalimat di note. Jangan percaya sama ingatan. Stop menulis dari ruang
kosong! Menganggap nulis, gitu doang! Isi dulu, riset dulu lah! Tentu saja
berbeda antara penulis yang menulis untuk dirinya sendiri dengan penulis yang
menulis untuk dibaca khalayak ramai.
8. Tentang plot dan alur cerita, bagaimana
menerapkan teori alur dan plot yang sudah ada?
Plot hanya dua, maju, mundur dan campuran.
Untuk novel tentu kebanyakan campuran. Mengalir sajalah, kapan diperlukan ya
pakai.
9. Dalam menulis, apakita lebih mengikuti
karakter kita atau bersikap fleksibel terhadap semua tulisan?
Idealisme dan kompromi. Kadang harus
perhatikan pasar untuk keeksisan diri. Misal, kamu hanya chemistry dengan
fantasi. Lalu ketika pasar tidak mau fantasi, kamu berhenti menulis demi
idealismemu. Sebaiknya bukan begitu, tetaplah menulis dengan gaya yang lain.
Karena ada masanya itu semua akan berputar dan kembali lagi. Itu namanya
kompromi, bukan menggadaikan idealisme.
Open your mind, dan kadang kala kita harus
menarik diri selangkah untuk mendapatkan apa yang kita mau.
10. Terkadang susah membuat kalimat pertama di
lembar pertama yang masih kosong, padahal gambaran cerita sudah ada?
Sebenarnya mudah, bisa dengan quote,
petikan dialog atau deskripsi tokoh. Hindari dua hal, yaitu narasi yang
menggambarkan alam semesta (misal: sang surya mengintip dari balik mega).
Kedua, membuka dengan dialog yang ga penting (misal: “bangun!”, “woy!”). Sebisa
mungkin bocorkan konflik sehingga pembaca merasa terpancing untuk membaca
selanjutnya.
11.
Buat jadwal nulis untuk menyikapi sempitnya
waktu untuk menulis. Semua itu balik ke kita. Biasanya, yang sedang UAS, atau
kerjaan lembur, menyingkirkan habit menulis mereka. Padahal, ga harus gitu
juga, toh masih bisa eksis di medsos, berarti masih punya waktu untuk menulis.
Jangan salahkan keadaan, masalah ada di diri kalian.
12.
Tips menulis outline yang baik. Pecahkan
gambaran, misal (bab 1: si A terjatuh di tangga, bab 2: si A ditelepon B, bab
3: mereka bertemu di rumah hantu). Jangan lupa selipkan twist (kejutan) untuk
mengikat pembaca, biasanya di ending. Ada yang cukup 3 lembar dalam menulis
outline, ada yang sampai 60 lembar, itu semua bebas.
13.
Tips menggambarkan latar, bisa melalui dialog
atau pun narasi. Seharusnya mudah, apalagi bila sesuatu itu nyata. Kalian
googling saja, riset gambarnya dan asal-usulnya. Cara mengukur setting itu kuat
atau tidak, adalah bila nama setting itu bisa diganti dengan nama lain, berarti
itu setting tempelan saja. Belum kuat. Misal: masjid warisan turki usmani yang
mampu menampung ribuan jamaah ini indah sekali. Beruntung aku bisa sampai ke
masjidil haram. (sudah tidak bisa diganti dengan masjid at-taubah, berarti itu
setting yang kuat).
14.
Menyelesaikan ending dalam satu cerita. Ending
adalah saat di mana tulisanmu harus berhenti/distop, bukan akhir kehidupan sang
tokoh. Ending yang tidak menarik: ending tokoh mati, tokohnya hilang, ending
bahagia yang terlalu lebay dan ending yang berpuisi. Style ending dominan saat
ini adalah ending mengambang/tidak terduga. Sehingga memancing pembaca bahwa si
tokoh akan berlaku begini,begitu, padahal nyatanya tidak.
15.
Cara berproses kreatif yang benar adalah harus
teruji oleh publik! Ketika ada yang mengkritik, lihatlah kritiknya
ikhlas/memberi nilai kemanfaatan atau tidak. Berterimakasihlah, dan perhatikan
kritik yang membangun. Kalau tidak, ya abaikan saja. Sikapi dengan dua hal:
balas mention dengan emot netral, atau tidak usah dibalas. Karena itu sudah
konsekuensi karya yang dipublish, dan kita gak bisa memaksa/mengatur orang.
16.
Yang tidak memenuhi unsur kalimat (subjek dan
predikat) disebut frase. Frase hanya boleh digunakan hanya untuk menekankan
snapshoot. Misalnya, malam ini benar-benar gulita (kalimat normal). Begitu
kelam (frase snapshoot). Tak ada suara terdengar (kalimat normal). Sunyi (frase
snapshoot).
17.
Twist menarik: paling mudah pasang di akhir bab.
Semacam panduan/hal yang menandakan akan ada konflik di bab selanjutnya.
18.
Style tulisanmu akan lahir dengan sendirinya
seiring produktivitas menulismu!
19. Lifestyle penulis: menulis, membaca, sharing,
jalan-jalan, kontemplasi.
20.
Jangan pikirkan tentang karya pop atau sastra, just write,write, and write, beibh! Saat
menulis, lupakan teori sastra yang terlalu mengikat, bebaskan saja dirimu,
karena kalau tidak, kamu gak akan jadi-jadi menulis novel. Terlalu takut
menyalahi teori.
21.
Menulis novel jangan dibikin berat. Anggap saja
menulis cerpen sepanjang 200 halaman. Yang penting adalah konsistensi HABIT.
Misal per hari, nulis 2 halaman. Dalam waktu tiga bulan/empat bulan dengan gaya
menulis santai itu, kamu pasti akanberhasil menghasilkan sebuah novel.
Infonya bermanfaat sekali, thanks ya sudah share :)
ReplyDeleteSama-sama..
ReplyDeleteTerima kasih sudah mampir dan membaca :)