Pages

22 July, 2017

RPP

"Met, jarang online sekarang? Lama balas japrian. Sibuk banget ya?"

"Yup, sebulan ke depan lagi fokus buat RPP karena temaku yang pertama."

"Kok, lihat kamu, kayaknya ribet amat jadi guru. Banyak yang dipikirkan? Yang lain enak-enak aja. RPP juga kan tinggal copas, selesai."

Oh my Allah... masih loh banyak yang mikir jadi guru itu nyantai, asyik, kerja cuma kalau jam ngajarnya tiba. Mikir gak sih yang ngomong itu, namanya aja guru. Bekerja di bidang pendidikan, masak iya ilmunya gak update? Apa karena merasa sudah jadi guru, ya sudah pintar? Gak perlu update baca, tonton, amati tentang Human Talent, parenting, berita terkini, perkembangan otak, hingga novel, cerpen, dan puisi terbaru?

Padahal guru itu profesi. Maka bekerjanya juga profesional. Ada langkah ilmiah layaknya profesi lain seperti dokter, pilot, dan lainnya. Gak percaya? Mau tahu bukti keprofesionalan seorang guru? Ceklah RPPnya!

RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) atau dikenal dengan lesson plan adalah hal wajib dan tak terpisahkan dari seorang guru. Untuk melihat kualitas seorang guru yang benar-benar mikir dan profesional, bisa kalian lihat strategi mengajar dan aneka persiapan, media belajar hingga penilaian autentiknya.

Sebab saat mendesain lesson plan/RPP sebelum mengajar, guru melakukan pekerjaan ilmiah yang memerlukan perilaku ilmiah dan didukung oleh data hasil riset, layaknya disertasi pada strata tiga. RPP tersebut harus merupakan aplikasi silabus yang mengacu pada taksonomi Bloom. Dan saya akui, saya sendiri sebagai sarjana pendidikan masih kelimpungan untuk mengaplikasikan teori-teori pendidikan yang saya ketahui dalam aktivitas pembelajaran.

Itulah mengapa tidak sembarangan copy paste dan asal saja membuat RPP ini. Bagi saya ini adalah challenge dan ladang saya berkreasi serta bebenah diri. RPP yang sama di tahun ajaran lalu, belum tentu bisa digunakan di tahun ajaran saat ini. Mengapa? Sebab peserta didiknya berbeda. RPP memang begitu-begitu saja, selembar kertas berformat, tapi isinya, akan selalu dinamis karena berhadapan dengan manusia yang paradoks. Siswa yang kita ajar tidaklah akan pernah sama.

Tak heran juga, bila RPP merupakan beban terberat bagi seorang guru dalam bekerja. Namun, bukan hal mustahil. Sehingga saya amat kecewa jika masih mendengar atau menyaksikan guru yang PD mengajar tanpa merancang RPPnya, membuat RPP setelah selesai mengajar (Tak sesuai dengan namanya yang sebagai rencana, itu mah namanya pendokumentasian pengajaran) hanya untuk memenuhi kelengkapan administrasi yang dipakai akreditasi sekolah.

Ketahuilah, ada banyak manfaat dengan jujur, rajin, dan disiplin membuat RPP. Mau tahu apa saja manfaatnya? Baca tuh buku "Sekolah anak-anak juara" karya Munif Chatib halaman 142-143. Biar gak malas-malas banget kalian. Bacalah buku, jangan mau enaknya saja , menerima saripati. Kalau belum paham, ya belajar! Konsultasi sama yang paham.

Meta morfillah

#wanita yang sedang-akan-selalu belajar

No comments:

Post a Comment

Text Widget