Pages

18 September, 2013

#puisisenja

Sekotak #puisisenja dari ruang kecil tempatku berkicau...
Aku tergugu,menyadari senja kita telah usai. Kembali kudekap erat hatiku. Mengabu,bagai senja kelabu.

              Sejingga teh yang kita sesap bersama,sesingkat itu senja menemani.. Manis

Waktu memainkan peranannya. Membuat rinduku memendar laiknya senja yang pudar.


             Terlantun doa bernada,irama pinta. Di senja yang sama,sudahkah kubuat kau bangga.. Mama? 


Kubuka sekotak senja,di dalamnya ada rindu,syahdu,cemburu,dan kamu. Nada selewat,namun terawat. 


             Sejumput cinta di batas senja,akankah itu nyata atau fatamorgana? Asaku tak ingin hati meliku lagi. 


Senja di batas kota,melipat hari menyejarah. Aku kamu bermain tinta. Di atas hamparan sajadah   

             Di senjaku yang pudar,terbit kerinduan yang mendalam pada sang mercu suar. #bapakku tersayang

Senja bergilir menyapa dunia. Setia melelapkan sang mentari. Sesetia ibunda mendendangkan cinta. Dari hati.


             Matamu yang Bening. Menyemburatkan senja menguning. Buat hatiku menggeletar pusing.

Aku ingin merengkuhmu,seperti senja yang merengkuh sang mentari. Patuh,tiada iri. 


             Lazuardi merindu jingga. Inginnya mengecap walau sekejap. Namun ia hanya diam bersama putih,merajut asa dalam biru 

Di senja kutitipkan penat, sesaat. Terurai kesah dalam hati yang berbenah. Yakinkan, hidup ini indah   

            Terkungkungku di ruang petak,bersama laptop dan kertas terserak. Bagi mataku,itu fatamorgana,yang nyata hanya jingga. 

Senja bersiap dengan cumulonimbus,tatkala aku mencari serpihan hati di serakan kardus.

           Senjaku terang,saat ku lihat senyum di matamu yang cemerlang   



Jika senja tak jingga,akankah kau kecewa? Jika harapmu tak nyata, akankah kau murka? 

           Seperti mentari yang dijemput senja,belum lagi sampai padanya namun aku tahu apa itu cinta.   

Ijinkan kukirimkan segores senja,sebagai alas doamu. Berharap Tuhan berikan cinta untuk kita ramu.   

          Senjaku telat,seperti rindu yang terhambat. Terantuk jerat,di sebentuk kasat.   

Senin berlalu,dengan sejuta sembilu. Selayaknya senja yang mengabu.  

          Akulah senja merah itu,menantimu tanpa ragu. Walau malam menyiratkan sembilu. Terkadang menelisik hatiku.

Pendar matanya mengingatkanku akan senja,yang memeluk mentari dalam jingga lembutnya.   

           Senja mengantarkanku ke pelukan malam. Sebentar ia singgah dengan rona jingganya. Yang tersisa lalu pekat. 

Senja menipuku,katanya ia ingin membawakan senyuman jingga.. Nyatanya,kelabu yang mengabu.   

           Aku dijebak hujan. Dia memaksaku menatap jingga, ditemani seporsi mendoan di tepi jalan barito. 

Senja kali ini menyimpan doa orangtua. Dalam semarak rasa di antara keluarga. Selamat bersama.. 
            
          Aku ditipu senja. Kemarin ia berjanji membawakanku jingga yang pekat. Nyatanya mendung melebat! 

Dalam senja berparas jingga,ia mendekap bayangnya.Mencumbu tiap kenangan yang lalu. Dalam penat,tak lelah ia menunggu.

No comments:

Post a Comment

Text Widget