“1.. 2.. 3.. All is well, All is well.”
DOR!
Tubuh lelaki itu rebah sedetik setelahnya.
***
Pukul 18.45 di rumah Nayla
Sudah hampir genap sebulan
perasaan Nayla dihinggapi rasa tidak tenang. Jantungnya berdebar-debar tanpa
sebab pasti dan kerap terserang rasa cemas tiba-tiba. Tapi Nayla tidak terbuka
pada siapapun, termasuk Erik, kekasihnya. Nayla tetap berusaha tampil ceria di
hadapan kekasihnya, dan karena kesibukannya yang kian padat, Erik pun luput
akan keadaan Nayla.
Biasanya bila kecemasannya
semakin menjadi, Nayla dapat meredamnya dengan menutup mata, lalu menarik napas
panjang dan menghembuskannya perlahan seraya berhitung pelan “1.. 2.. 3.. All
is well, All is well” lalu membuka kembali matanya lamat-lamat. Hal yang
diajarkan oleh ibunya saat ia masih kecil itu cukup menenangkannya. Namun tidak
untuk kali ini. Perasaan tidak tenangnya memuncak. Dan ia tidak tahu apalagi
yang harus ia lakukan untuk menenangkan dirinya.
***
Sebelumnya di Mabes Polri...
“Hei Dam, kenapa muka lo kusut
banget? Kayak pantat monyet ditekuk! Hahaha”
“Ah diem lo Rik, gw lagi
deg-degan nih!”
“Wes, roman-romannya lagi ga asik
diajak becanda nih ye.”
Adam terdiam. Mukanya semakin
kusut.
“Masalah serius, Dam? Ada apa
sih? Bisa gw bantu?”
“Istri gw lagi di rumah sakit,
mau melahirkan. Dari tadi gw mau ijin pulang tapi gak bisa. Soalnya gw harus
patroli sore ke Depok. Pikiran gw jadi kepecah Rik!”
“Tukeran jadwal kan bisa Dam.
Kenapa gak coba tukar sama partner lo?”
“Gak ada orang Rik, lagi pada
turun semua karena harus jaga di perayaan pusat kota.”
Melihat wajah Adam yang kian
kusut, Erik tidak tega.
“Hmm... Sebenarnya sih gw mau
pulang cepat karena ada urusan penting. Tapi ngeliat muka lo kusut gitu, yaudah
sini gw gantiin jadwal lo.”
“Serius lo Rik!?”
Erik mengangguk yakin.
“Gile lu sob! Emang dah lo best
friend banget! Yaudah gw konfirmasi dulu ke atasan gw ya, kalo lo yang gantiin
gw jaga. Thanks banget bro!”
Erik terkekeh melihat perubahan drastis
di wajah temannya. Lalu melepaskan seragamnya, karena untuk patroli sore ia
hanya perlu mengenakan pakaian preman.
Pukul 18.45 di Depok
Sepanjang hari ini, senyum tak
lepas dari wajah Erik. Bahkan saat patroli sore menggantikan Adam. Sebentar-sebentar
Erik merogoh kantong celananya, memastikan benda itu masih tetap berada di
tempatnya. Lalu tersenyum puas ketika merasakan tangannya menyentuh benda itu. Yaa..
itu adalah cincin. Erik berniat melamar Nayla di rumahnya malam ini. Tugas
patrolinya telah selesai sejak 15 menit yang lalu. Namun Erik tengah berdoa,
mengukuhkan hatinya di dalam masjid sebelum menuju rumah Nayla.
Sekarang ia telah siap. Erik menuju
motor Kawasaki Ninja yang ia parkir di seberang jalan masjid. Sepuluh langkah
dari motornya, tiba-tiba terdengar suara tembakan.
DOR!
Seketika Erik merasa dunianya
gelap. Tubuh lelaki itu rebah sedetik setelahnya.
“Benar ini orangnya?”
“Entahlah, aku tidak hafal
wajahnya. Tapi berdasarkan data, polisi yang berpatroli saat inilah yang harus
kita habiskan.”
“Ya sudah. Kamu ambil motornya,
buang di tempat yang sepi. Biar dikira modus CURANMOR. Tugas kita selesai.”
“Oke.”
Dua orang berbaju hitam itu
meninggalkan Erik yang terkapar di tanah, dengan tangan kanan menggenggam
cincin untuk Nayla.
*terinspirasi dari berita
penembakan polisi di depok
meta morfillah
Sad ending tapi insya Allah meninggal dengan khusnul khotimah. :)
ReplyDeleteAamiinn... :)
ReplyDelete