Pages

29 September, 2013

[FF] 1, 2, 3, All is well


“1.. 2.. 3.. All is well, All is well.”
DOR!
Tubuh lelaki itu rebah sedetik setelahnya.

***

Pukul 18.45 di rumah Nayla

Sudah hampir genap sebulan perasaan Nayla dihinggapi rasa tidak tenang. Jantungnya berdebar-debar tanpa sebab pasti dan kerap terserang rasa cemas tiba-tiba. Tapi Nayla tidak terbuka pada siapapun, termasuk Erik, kekasihnya. Nayla tetap berusaha tampil ceria di hadapan kekasihnya, dan karena kesibukannya yang kian padat, Erik pun luput akan keadaan Nayla.
Biasanya bila kecemasannya semakin menjadi, Nayla dapat meredamnya dengan menutup mata, lalu menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan seraya berhitung pelan “1.. 2.. 3.. All is well, All is well” lalu membuka kembali matanya lamat-lamat. Hal yang diajarkan oleh ibunya saat ia masih kecil itu cukup menenangkannya. Namun tidak untuk kali ini. Perasaan tidak tenangnya memuncak. Dan ia tidak tahu apalagi yang harus ia lakukan untuk menenangkan dirinya.

***

Sebelumnya di Mabes Polri...

“Hei Dam, kenapa muka lo kusut banget? Kayak pantat monyet ditekuk! Hahaha”
“Ah diem lo Rik, gw lagi deg-degan nih!”
“Wes, roman-romannya lagi ga asik diajak becanda nih ye.”
Adam terdiam. Mukanya semakin kusut.
“Masalah serius, Dam? Ada apa sih? Bisa gw bantu?”
“Istri gw lagi di rumah sakit, mau melahirkan. Dari tadi gw mau ijin pulang tapi gak bisa. Soalnya gw harus patroli sore ke Depok. Pikiran gw jadi kepecah Rik!”
“Tukeran jadwal kan bisa Dam. Kenapa gak coba tukar sama partner lo?”
“Gak ada orang Rik, lagi pada turun semua karena harus jaga di perayaan pusat kota.”
Melihat wajah Adam yang kian kusut, Erik tidak tega.
“Hmm... Sebenarnya sih gw mau pulang cepat karena ada urusan penting. Tapi ngeliat muka lo kusut gitu, yaudah sini gw gantiin jadwal lo.”
“Serius lo Rik!?”
Erik mengangguk yakin.
“Gile lu sob! Emang dah lo best friend banget! Yaudah gw konfirmasi dulu ke atasan gw ya, kalo lo yang gantiin gw jaga. Thanks banget bro!”
Erik terkekeh melihat perubahan drastis di wajah temannya. Lalu melepaskan seragamnya, karena untuk patroli sore ia hanya perlu mengenakan pakaian preman.

Pukul 18.45 di Depok

Sepanjang hari ini, senyum tak lepas dari wajah Erik. Bahkan saat patroli sore menggantikan Adam. Sebentar-sebentar Erik merogoh kantong celananya, memastikan benda itu masih tetap berada di tempatnya. Lalu tersenyum puas ketika merasakan tangannya menyentuh benda itu. Yaa.. itu adalah cincin. Erik berniat melamar Nayla di rumahnya malam ini. Tugas patrolinya telah selesai sejak 15 menit yang lalu. Namun Erik tengah berdoa, mengukuhkan hatinya di dalam masjid sebelum menuju rumah Nayla.
Sekarang ia telah siap. Erik menuju motor Kawasaki Ninja yang ia parkir di seberang jalan masjid. Sepuluh langkah dari motornya, tiba-tiba terdengar suara tembakan.

DOR!

Seketika Erik merasa dunianya gelap. Tubuh lelaki itu rebah sedetik setelahnya.

“Benar ini orangnya?”
“Entahlah, aku tidak hafal wajahnya. Tapi berdasarkan data, polisi yang berpatroli saat inilah yang harus kita habiskan.”
“Ya sudah. Kamu ambil motornya, buang di tempat yang sepi. Biar dikira modus CURANMOR. Tugas kita selesai.”
“Oke.”
Dua orang berbaju hitam itu meninggalkan Erik yang terkapar di tanah, dengan tangan kanan menggenggam cincin untuk Nayla.


*terinspirasi dari berita penembakan polisi di depok
meta morfillah

2 comments:

Text Widget