Pages

28 September, 2013

Gadis & Hujan (6) Rain without rainbow edition


Mengapa sekarang serenademu begitu bias? Tak lagi diidentikkan dengan romantika dan kesyahduan. Tergantikan oleh umpatan dan tak lagi dianggap berkah dari Tuhan. Kedatanganmu bak masalah mengair bah. Macet, janji-janji terbatalkan, dan semangat yang redup berkisar pada selimut dan tidur. Serenademu pun sering tak menjanjikan pelangi. Mengapa?

Begitu lalainya kami, ataukah memang kau yang sengaja berubah? Pelangi menjadi begitu mahal di kota ini. Begitukah idiom yang sesuai dengan perumpamaan ‘Ibukota jauh lebih kejam dibandingkan ibu tiri'?

Ataukah ada skenario baru dariNya? Di mana ia tak ingin lekas memberikan keindahan pelangi yang begitu mahal namun tak dimaknai karena kesesaatannya? Hingga ia simpan pelangi dalam genggamanNya. Menanti waktu yang ia rasa tepat untuk kita menakjubi keindahan sang pelangi. Benang ragam warna yang dikisahkan beberapa disulam oleh bidadari. Sekadar kita memaknai lebih dalam proses terjadinya hujan hingga menghasilkan pelangi.

Mungkin dalam hidup ini, kita selalu berharap kemudahan setelah kesulitan. Ketika kemudahan dengan cepat tiba, cepat pula ia berlalu tanpa syukur setelah berpeluh. Tak bersisa. Namun bila kemudahan itu disimpan dalam rentang lama setelah melalui kesulitan panjang. Dengan kesabaran dan keyakinan luar biasa. Betapa manis dan dalam rasanya pelangi kemudahan itu. hingga rasanya lekat dalam ingatan. Mejikuhibiniu tidaklah gradasi. Merah semurninya merah, jingga sekentalnya jingga, kuning secerahnya kuning, hijau semestinya hijau, biru sebirunya biru, nila seadanya nila dan ungu sebenarnya ungu. Hingga dengan jelas kita definisikan ketujuh warna itu. tidak lagi nila yang abstrak, ungu yang tak jelas perpaduan merah dan birunya. Dan kita menangkap terang itu dengan proses panjang yang kita sadari itu adalah pembentukan dariNya. Walau butuh waktu lama.

Ah yaa..

Mungkin serenade hujan yang tak dilengkapi pelangi ini adalah pertanda bagi kita untuk belajar lebih teliti dan bijaksana ‘membaca’ pertanda alam.

“Bukan begitu hujan??” Gadis bertanya pada sang hujan.

Tersenyum sang hujan sambil berkata, “Gadis, menakjubkan dirimu. Semoga kau dapat memahami ini setiap waktu. Ingatlah ayat ini, ‘Faidzaa faragtha fansab, wa ilaa rabbika fargab.’”

Yaa..sepatutnya memang padaNyalah kita berharap. PENUH dan BERSERAH sesuai konteks yang dimaksudNya. Bukan tanpa USAHA.


meta morfillah


No comments:

Post a Comment

Text Widget