Pages

02 November, 2016

[Review buku] Tentang kamu

Judul: Tentang kamu
Penulis: Tere Liye
Penerbit: Republika
Dimensi: vi + 524 hlm, 13.5 x 20.5 cm, cetakan pertama oktober 2016
ISBN: 978 602 0822 341

Buku dengan kisah yang spesial dari orang spesial untuk momen spesial. Jazakillah khair ka ulya untuk hadiah milad ke 27 nya. Pemberiannya pun spesial, sangat kuhargai perjuangannya.

Tere liye, lagi-lagi membuktikan semakin derasnya haters tidak mematahkan semangatnya melahirkan buku yang kian kaya riset dan detail. Buku terbarunya ini mulai berani mengambil setting tempat di luar negeri yang tidak hanya tempelan. Tapi dijelaskan dan ditelusuri. Juga berani mengambil setting waktu dengan poin penting dari tahun 1940-2016 baik di sejarah Indonesia maupun dunia. Dan juga, berani mengambil alur maju mundur, yang lebih seringnya flashback dengan gaya detektif. Menelusuri jejak masa lalu sang tokoh utama. Persis roman, dari ia lahir hingga ia meninggal.

Tokoh itu adalah Sri Ningsih. Perempuan pendek, hitam, gempal kelahiran Pulau Bungin, Sumbawa, yang memiliki hati sejernih air, otak cerdas, kedayatahanmalangan mengagumkan serta kemauan belajar tinggi. Anak pelaut tangguh yang didoakan orangtuanya akan menjadi besar dan menjelajah dunia. Namun meninggal dengan damai dalam kesendirian di panti jompo Prancis, tapi tidak kesepian. Meninggalkan warisan harta yang sangat besar.

Berbekal sepucuk surat, Zaman Zulkarnaen pengacara muda Indonesia dari Thompson & Co, London menelusuri jejak kehidupan Sri Ningsih. Mencari tahu siapa pemilik waris yang sah. Sayangnya, hanya buku diary berisi lima tulisan dan beberapa lembar foto saja yang ia dapatkan. Tenggat waktu memaksa Zaman berpikir keras dan mengerahkan segenap kemampuannya untuk menggali masa lalu dan menemukan benang merah.

Banyak nama dan kota yang ia telusuri demi Sri Ningsih. Ada Ode di Pulau Bungin, Nur'aini di Surakarta, Cathy di Jakarta, Rajendra dan keluarganya di London, dan Aimee di Paris. Berhasilkah? Silakan baca sendiri buku ini. Buku yang memaksa saya tetap membacanya meski migrain dan flu menyerang. Sayangnya rasa penasaran saya dan alur yang dinamis begitu menggoda hingga 4 jam setelah maghrib barulah saya bisa bernafas lega menamatkannya. Meski terasa ada bagian yang terlalu 'kebetulan' dan 'always happy ending' khas tere liye, tapi tidak mengurangi keasyikannya. Bahkan sekarang saya tidak merasa aneh dengan kebetulan itu. Sebab hal paling fiksi dari fiksi adalah kehidupan itu sendiri, bukan? Hehe...

Saya apresiasi 5 dari 5 bintang.

"Setiap janji, sesederhana apapun itu, memiliki kehormatan." (H.45)

"Pertanyaan terpentingnya bukan berapa kali kita gagal, melainkan berapa kali kita bangkit lagi, dan lagi setelah gagal tersebut?" (H.210)

"Bahkan sejatinya, banyak momen berharga dalam hidup datang dari hal-hal kecil yang luput kita perhatikan, karena kita terlalu sibuk mengurus sebaliknya." (H.257)

"Tidak ada yang benar-benar bisa kita lupakan, karena saat kita lupa, masih ada sisi atau orang lain yang mengingatnya." (H.270)

"Terima kasih untuk kesempatan mengenalmu, itu adalah salah satu anugrah terbesar hidupku. Nasihat lama itu benar, cinta memang tidak perlu ditemukan, cintalah yang akan menemukan kita. Terima kasih. Aku tidak akan menangis karena sesuatu telah berakhir, tapi aku akan tersenyum karena sesuatu itu pernah terjadi. Karena dicintai begitu dalam oleh orang lain akan memberikan kita kekuatan, sementara mencintai orang lain dengan sungguh-sungguh akan memberikan kita keberanian." (H.286)

"Daripada kita sibuk bertanya kapan seorang gadis menikah, hanya membuatnya sedih, lebih baik bantu dia agar segera mendapatkan jodohnya. Itu lebih bermanfaat." (357)

"Apa yang membuat pernikahan orangtua dulu langgeng berpuluh tahun? Karena mereka jatuh cinta setiap hari pada orang yang sama. Maka kesedihan dan ujian seberat apapun bisa dilewati dengan baik." (H.385)

"Dia tetaplah wanita biasa. Saat orang lain melihatmya tegar menghadapi apapun, orang lain tidak tahu seberapa besar perjuangannya untuk membujuk dirinya sendiri sabar, melepaskan, melupakan, dan semuah hal yang ringan dikatakan, tapi berat dilakukan. Karena bila bicara tentang penerimaan yang tulus, hanya yang bersangkutanlah yang tahu seberapa ikhlas dia telah berdamai dengan sesuatu." (H. 406)

"Hati manusia persis seperti lautan, penuh misteri. Kita tidak pernah tahu kejadian menyakitkan apa yang telah dilewati oleh seseorang." (H.415)

"Lihat! Baca! Biar kepalamu yang dipenuhi kebencian tercerahkan." (H. 505)

Meta morfillah

1 comment:

Text Widget