Pages

06 November, 2016

[Review buku] Milea: Suara dari Dilan

Judul: Milea (Suara dari Dilan)
Penulis: Pidi Baiq
Penerbit: Pastel books
Dimensi: 360 hlm, 20.5 cm, cetakan III september 2016
ISBN: 978 602 0851 56 3

Ini adalah buku ketiga seri kisah cinta Dilan, juga buku pertama dan terakhir yang berkisah dari sudut pandang Dilan. Memberitahukan apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dialami seorang Dilan. Juga pandangannya tentang Milea. Apa yang membuatnya menjadi Dilan, dengan semua pesona kekonyolan serta gombalan yang khas Dilan.

Juga beragam hal yang menyebabkan kandasnya hubungan mereka, perasaan mereka masing-masing yang sebenarnya masih menginginkan. Sayangnya yang pria gengsi dan termakan praduga tak valid, sang wanita hanya menunggu dan tak berani memulai, malu. Sangat alamiah. Tak banyak detail baru, juga tak banyak hal lucu seperti buku sebelumnya. Khas cowok yang tak detail dan berusaha terkesan maskulin.

Terasa agak bertele di awal mengenai cerita Dilan akan Pidi Baiq. Tapi juga jujur tentang bercerita mengenai seseorang melalui tulisan jauh lebih leluasa, nyaman, dan jujur dibanding bertemu dan bicara langsung.

Saya apresiasi 3 dari 5 bintang.

"Hal yang normal kalau ada orang cinta ke kami, dia hanya akan melihat sisi baikmu." (H. 15)

"Kurasa banyak sekali cara dan kita pasti punya kapasitas untuk bisa berbuat baik dan menyenangkan orang lain, apakah kita punya tampang atau tidak, punya uang atau tidak. Hal paling penting dari semuanya adalah kita masih punya nyawa." (H. 127)

"Orang yang kita sukai biasanya akan tersentuh oleh hal yang mengejutkan dan sekaligus menyenangkan sehingga sebuah hadiah bukan semata-mata soal hadiah, tetapi lebih jauh dari itu mampu menunjukkan adanya usaha sebagai bentuk perhatian yang sungguh-sungguh." (H.135)

"Di mana pun kampusmu, itu adalah kampusmu, tetap yang terbaik, orang-orang harus tahu, semuanya adalah romantisme, sisanya adalah perjuangan. Bukan nama kampusnya yang harus dijunjung tetapi ilmu pengetahuannya yang harus disebarkan. Ini bukan tentang apa yang kaumiliki, tetapi tentang apa yang kaulakukan, di mana pun kau berada!" (H. 268)

"Masa lalu tak usah dihindari atau ditolak. Masa lalu akan menjadi penasihat yang baik. Tidak ada gunanya kausesali. Biarlah itu hadir sebagai aliran yang membawamu pergi ke tujuan yang lebih baik." (H. 318)

"Aku tidak merasa harus lebih baik dari orang lain, aku hanya berusaha untuk lebih baik dari diriku yang kemarin." (H. 352)

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget