Pages

06 November, 2016

[Review buku] Hujan

Judul: Hujan
Penulis: Tere Liye
Penerbit: Gramedia
Dimensi: 320 hlm, 20 cm, cetakan kedua puluh Agustus 2016
ISBN: 978 602 03 2478 4

Jika kamu dihadapkan pada pilihan mengingat kenangan buruk yang acap kali membuatmu tersiksa atau memilih membuang semua ingatan itu seakan tak pernah terjadi melalui modifikasi ingatan, mana yang akan kamu pilih?

Adalah Lail, gadis berusia 20 tahun yang hidup di tahun 2050, dengan segala prestasi dan kebaikan hatinya, meski takdir melenyapkan hampir seluruh kebahagiaannya, memutuskan untuk melakukan modifikasi ingatan. Sebuah teknologi maju mengenai saraf otak yang bisa memilih menghapus memori menyakitkan--berwarna merah--secara tetap. Memori berwarna merah pada otak Lail adalah memori tentang Esok--Soke Bahtera--anak lelaki yang tujuh tahun lalu menyelamatkannya dari bencana besar yang mengubah dunia. Anak lelaki yang begitu cerdas di usia muda yang hanya terpaut dua tahun di atas Lail. Anak lelaki yang telah berubah menjadi ilmuwan terkenal yang hanya mampu ditemuinya setahun sekali namun pertemuan itu juga mampu menerbitkan senyum Lail selama setahun ke depan.

Benarkah Lail mampu menghapus segala kenangannya bersama Esok sebelum ia mendengar penjelasan langsung dari Esok mengenai perasaan Esok terhadapnya?

Novel berlatar waktu masa depan dengan segala isu lingkungan, khayalan kecanggihan, dan kebaikan hati manusia ini pada dasarnya tetap menceritakan tema klasik dari zaman purba: tentang perasaan laki-laki dan wanita yang lazim kita sebut itu cinta. Didukung dengan kisah persahabatan Lail dan Maryam, dan tentu saja Hujan, fenomena alam yang sarat kenangan dan romantisme. Alurnya maju mundur, tapi lebih banyak flashback saat menceritakan kronologi sebelum proses penghapusan ingatan dimulai.

Ide tentang mesin modifikasi ingatan ini sungguh menarik. Juga tentang pemilihan judul dan awalan mengapa hujan yang jadi tema berhasil membuat saya penasaran. Tapi selebihnya biasa saja dan mudah ditebak.

Saya apresiasi 4 dari 5 bintang.

"Kesibukan adalah cara terbaik melupakan banyak hal, membuat waktu melesat tanpa terasa." (H.63)

"Membalas kejamnya takdir dengan membantu orang lain. Mengobati kesedihan dengan berbuat baik." (H.137)

"Sengaja tidak memberitahu siapa pun, karena begitulah sejatinya relawan. Bekerja dalam lengang." (H.187)

"Jangan pernah jatuh cinta saat hujan, Lail. Karena ketika besok lusa kamu patah hati, setiap kali hujan turun, kamu akan terkenang dengan kejadian menyakitkan itu." (H.200)

"Kamu tahu kenapa kita mengenang banyak hal saat hujan turun? Karena kenangan sama seperti hujan. Ketika dia datang, kita tidak bisa menghentikannya. Bagaimana kita akan menghentikan tetes air yang turun dari langit? Hanya bisa ditunggu, hingga selesai dengan sendirinya." (H.201)

"Tidak ada kabar adalah kabat, yaitu kabar tidak ada kabar. Tidak ada kepastian juga adalah kepastian, yaitu kepastian tidak ada kepastian. Hidup ini juga tentang menunggu. Menunggu kita menyadari: kapan kita akan berhenti menunggu." (H.228)

"Hanya orang-orang kuatlah yang bisa melepaskan sesuatu, orang-orang yang berhasil menaklukkan diri sendiri. Meski terasa sakit, menangis, marah, tapi pada akhirnya tulus melepaskan, maka dia telah berhasil menaklukkan diri sendiri." (H.298)

"Bukan melupakan yang jadi masalahnya. Tapi menerima. Barangsiapa yang bisa menerima, maka dia akan bisa melupakan. Tapi jika dia tidak bisa menerima, dia tidak akan pernah bisa melupakan." (H.308)

"Bukan seberapa lama umat manusia bisa bertahan hidup sebagai ukuran kebahagiaan, tapi seberapa besar kemampuan mereka memeluk erat semua hal menyakitkan yang mereka alami." (H.317)

Meta morfillah

1 comment:

  1. Novel yang sebenarnya memasukan banyak pengetahuan dan menyadarkan betapa mencintai bumi itu penting, masih disisipkan pesan moral yang kuat, layaklah mendapat rating 4. Tapi kenapa ya saya dulu hanya memberi 3 bintang saja.

    http://bukuhapudin.blogspot.co.id/2016/02/buku-hujan-by-tere-liye.html

    ReplyDelete

Text Widget