Pages

17 November, 2015

[Review buku] Bulan

Judul: Bulan
Penulis: Tere Liye
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Dimensi: 400 hlm, 20 cm, cetakan kedua maret 2015
ISBN: 978 602 03 1411 2

Buku ini adalah seri kedua dari petualangan Raib, Seli, dan Ali. Di buku pertamanya--BUMI--mereka bertempur dengan Tamus--yang menjadi tangan kanan Si Tanpa Mahkota yang sedang dipenjara di penjara bayangan--di dunia klan bulan. Kali ini, demi menjaga perdamaian empat klan: Bumi, bulan, matahari, dan bintang, maka mereka pun diikutsertakan dalam upaya diplomasi ke dunia klan matahari. Bersama Av penjaga perpustakaan klan bulan, Miss Selena pengintai klan bulan yang menyamar jadi guru matematika mereka, dan Ily cucu cucunya Av yang baru saja lulus akademi klan bulan, mereka berangkat. Hanya satu portal yang masih terbuka dan itu dimiliki oleh Raib: buku kehidupan--yang dalam bentuknya adalah buku pr matematika biasa.

Kedatangan mereka disambut gempita di tengah stadion matahari. Rupanya, beberapa jam sebelum mereka tiba, ada keputusan besar yang diambil ketua konsil klan matahari tanpa mempertimbangkan kesediaan mereka. Tanpa persetujuan dan dengan terpaksa--demi kelancaran negosiasi persatuan klan bulan dan matahari menghadapi Si Tanpa Mahkota--Raib, Seli, Ali, dan Ily harus mengikuti Festival Bunga Matahari sebagai kontingen kesepuluh. Festival ini adalah ajang unjuk kekuatan setiap kontingen. Perwakilannya merupakan empat petarung terbaik berusia minimal 20 tahun dan siap memperebutkan bunga matahari yang pertama mekar dalam sembilan hari kemudian. Usia Raib, Seli, dan Ali bahkan belum genap 16 tahun, tanpa persenjataan dan hewan tunggangan yang terlatih, mereka harus bertarung.

Akankah mereka berhasil menemukan bunga matahari pertama mekar? Bagaimana dengan diplomasi persekutuan kekuatan klan bulan dan matahari?

Membaca cerita ini, saya seperti menyaksikan potongan adaptasi dari film dan buku fantasi yang kemudian dipadukan. Di antaranya adaptasi Hunger Games dalam gaya festival matahari, maze runner dalam tebakan si penyeberang sampan, harry potter dengan julukan Si Tanpa Mahkota, twilight dengan kekuatan Ali yang berubah jadi beruang, dan rangkaian seri supernova karya dee terutama yang berjudul PETIR yang diadaptasi dalam kekuatan Seli.

Menjadi mudah dibayangkan keseruan petualangan itu. Tapi agak meragukan juga, sebab saya jadi menilai di mana letak ciri khas tere liye? Ah tentu saja ada kutipan mengenai pemahaman hidup yang lebih baik dan tokoh-tokoh utama yang 100% protagonis, putih. Konfliknya pun selalu memiliki solusi cepat dan tertebak. Meski kadang penulis berusaha mengaburkan solusi dengan distraksi sebuah peristiwa, meliukkan alur, namun saya tetap mudah membacanya. Beberapa part terasa membosankan dan mengulur waktu. Endingnya pun menurut saya antiklimaks. Begitu saja, tak menimbulkan rasa penasaran akan kelanjutan buku ketiganya: Matahari.

Tapi secara keseluruhan masih cukup menghibur dan tidak berat bahasannya, sehingga meskipun tebal bisa saya selesaikan dalam setengah hari. Oh ya, yang unik adalah nama-nama di klan matahari yang berjumlah 3 suku kata, dan saya tidak ingat semua. Paling hanya nama depannya saja.

Saya apresiasi 3 dari 5 bintang.

"Dunia ini dipenuhi banyak sekali hal menakjubkan. Satu-dua kita bisa menyingkap penjelasan, lebih banyak lagi tidak." (Hlm. 146)

"Sungguh ada banyak hal di dunia ini yang bisa jadi kita susah payah menggapainya, memaksa ingin memilikinya, ternyata kuncinya dekat sekali: cukup dilepaskan, maka dia datang sendiri. Ada banyak masalah di dunia ini yang bisa jadi kita mati-matian menyelesaikannya, susah sekali jalan keluarnya, ternyata cukup diselesaikan dengan ketulusan, dan jalan keluar atas masalah itu hadir seketika." (Hlm. 209)

"Aku lupa, kompetisi ini bukan soal memang atau kalah, tapi tentang tim kita, yang saling membantu, menolong, dan setia kawan." (Hlm. 313)

Meta morfillah

1 comment:

  1. Saya jg udah baca Bumi dan Bulan. Nunggu Matahari terbit. Kira2 lebih bagus mana ya...

    ReplyDelete

Text Widget