Pages

01 November, 2015

Sekelumit rahasia mama

Kalau kautahu semua, apa yang ibumu pikirkan tentangmu, mungkin kau tidak akan sanggup berkata yang menyakitinya lagi.

Hari ini, aku menemukan sebuah buku tulis tergeletak--sepertinya tak sengaja jatuh dan terjepit dinding dan lemari--di dekat ruang sajadah yang terbentang di kamar mama. Biasa saja sebenarnya, sebab mamaku memang rajin mencatat. Biasanya yang dicatat adalah hasil pengajian, resep, utang piutang, dan nomor telepon. Saat kuambil dan hendak kutaruh di meja, terbentanglah halaman pertama, dan sekelebat kubaca nama seorang pria. Pria yang pernah hadir dalam hidupku.

Beberapa detik aku terdiam, berpikir mengapa nama itu ada dalam buku catatan mama? Namanya tidak umum seperti nama temanku lainnya. Penasaran, kubaca perlahan tulisan menyangkut nama itu. Ternyata benar, dialah yang dimaksud. Biasa saja sebenarnya membaca tentangnya, bahkan dia hanyalah masa laluku. Tapi yang membekas adalah tulisan mama selanjutnya. Pertanyaan-pertanyaan mama seputar kekhawatirannya padaku. Pertanyaan yang membenak, mungkin sudah mama tanyakan langsung pada pria itu. Serta harapan mama, agar aku mendapat pendamping yang mampu memahami diriku dan segala sifatku yang kurang baik. Betapa beliau mengharapkan ada seseorang yang mampu menjagaku sebaik dirinya dan almarhum bapakku. Betapa beratnya melepaskan bila aku harus pergi jauh--namun padaku mama selalu mengaku tak mengapa. Kebohongan mama demi kebaikanku, beliau tahu betapa galaunya aku bila ia tak merestui--setelah berumah tangga.
Tulisan itu hanya selembar, tak penuh. Tapi rasanya mencakup seluruh hidupku. Bahkan pada aspek yang tak pernah kupikirkan. Hingga aku bertanya, apa lagi rahasia perasaannya yang ditutup rapat dariku--demi melindungiku? Padahal, aku begitu bodoh merasa telah melakukan pengorbanan cukup berat dan besar bagiku dengan meninggalkan segala kesenanganku di ibu kota. Tapi membaca perasaannya yang sedikit itu, aku merasa tiada lagi arti pengorbananku. Seumur hidupku, aku tak akan mampu menyaingi kasih sayangnya. Sehebat apa pun aku terlihat di mata manusia, tak ada yang mampu menyaingi kehebatan mamaku.

Meski aku yakin, aku akan tetap bersikap biasa dan bertingkah seakan tak ada yang terjadi. Bahkan ke depannya aku akan tetap berdosa dan mengulangi kesalahan yang sama, menyakiti hatinya tanpa sadar ataupun disadari. Tapi kini aku tahu satu hal rahasia yang disingkapkan Allah padaku dengan caraNya yang lembut dan indah ini.

Kalau kautahu semua, apa yang ibumu pikirkan tentangmu, mungkin kau tidak akan sanggup berkata hal yang menyakitinya lagi.

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget