Pages

19 April, 2017

Mari nyalakan lilin!

Sistem kerajaan di Arab dan demokrasi di Indonesia jauh dari ideal yang kita citakan. Amat jauh dari khilafah yang kita rindukan. Tapi dari 'alim agung bernama Raja' ibn Haiwah, kita belajar agar tak pernah kehilangan harapan untuk menghadirkan kebenaran, keadilan, dan kemaslahatan dalam sistem dan keadaan yang bagaimana pun rusaknya.

Demi Allah, seburuk-buruk pencuri adalah pencuri harapan.

Rasul bersabda, "Siapa yang mengatakan manusia telah hancur, maka dialah orang yang paling hancur." (H. R. Bukhari dan Muslim)

Kita belajar dari Raja' untuk mengamalkan kaidah ushul: Maa laa tudraku kulluhu, fa laa tutraku kulluh. Apa-apa yang tidak bisa kita raih sepenuhnya, jangan kita tinggalkan sepenuhnya.

Raja' tidak mengutuk sistem, melainkan berikhtiar. Dia dekati sang raja, Sulaiman ibn Abdul Malik dan mencari peluang menghadirkan kebajikan dalam tiap kebijakan yang akan ditetapkan.

Akhirnya, dia hadirkan Umar ibn Abdul Aziz kepada umat. Meski hanya 2 tahun masa kekuasaannya, menjadi buah bibir termanis sepanjang masa. Hingga tiada rakyat yang bersedia menerima sedekah dan serigala pun enggan memangsa domba. Meski setelah Umar wafat, kembali kekuasaan diturun temurunkan.

Maka, mari kita nyalakan lilin bagi Jakarta. Lakukan sesuatu. Pilih sosok yang kita harapkan lebih banyak manfaat daripada mudharat. Semoga Allah hadirkan sosok Umar ibn Abdul Aziz bagi Jakarta dan Indonesia. Dengan ikhtiar terbaik kita.

JANGAN GOLPUT! JANGAN HANYA MENGUTUK SISTEM TANPA MAU BERKONTRIBUSI!

#inspire from book - Salim A. Fillah
Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget