Pages

19 April, 2017

Antara cinta dan ridha Mama

ANTARA CINTA DAN RIDHA MAMA*

Mama adalah satu-satunya curahan cintaku setelah Bapak meninggal. Pintu surga paling tengahku. Pemulus ridha Allah kepadaku. Sebab ridha orangtua adalah ridha Allah dan murka orangtua adalah murka Allah. Begitu sabda Nabiku.

Pintanya agar tidak berjauhan dan berkenan mengurusnya di masa senja adalah titah untukku. Lalu bila datang cinta mengetuk hati namun berseberangan pinta dengan pinta mama, manakah yang harus kupilih?

Banyak omongan menyuruhku cenderung memperjuangkan cinta, terlebih dengan usia yang kian merangkak naik. Kusadari pula semakin kecil dan lemah sisa kekuatan diri. Mama pun mendukung dan berkata mampu berpisah bila aku memilih cinta itu. Semua bisa dikomunikasikan dan diatur.

Tapi... bagiku, yang pernah berada sembilan bulan dalam rahimnya. Satu tarikan nafas. Terbaca jelas kebohongan seorang ibu. Matanya begitu jernih menampakkan harapan yang lantang, pintanya agar aku yang mengurus dirinya di kala senja. Bagaimanalah aku bisa setega itu memilih bahagia di atas ketidakbahagiaannya? Sementara kesimpulan sebagai jalan tengah sulit ditemukan.

Ya... ia akan bahagia sesaat, saat aku menggenapkan cinta. Tapi, setelahnya aku bukanlah lagi haknya. Seorang istri adalah tawanan suaminya. Ridhanya bukan lagi utama bagi putrinya.

Jadi, saat ada pilihan antara cinta dan ridha mama... biarkan aku memilih mama, yaa... cinta yang sudah teruji dan pasti sejati untukku. Cinta yang takkan membuatku kecewa, merana, dan terluka. Cinta yang sempurna untukku yang tak sempurna.

Hingga kelak Allah ridhai satu makhlukNya yang sungguh-sungguh paham agama dan paham betapa besar keinginan baktiku padanya tanpa harus meninggalkan baktiku pada mama.

*Mengutip judul novel karya Asma Nadia

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget