Pages

31 July, 2016

Sepucuk cinta dari puncak gunung gede

SEPUCUK CINTA DARI PUNCAK GUNUNG GEDE

"Alhamdulillah, kamu pulang selamat. Mama khawatir selama kamu pergi. Gak berhenti Mama doain. Inilah kenapa Mama sering melarang dan nahan kamu naik gunung. Soalnya Mama yakin nanti juga akan ada masanya. Ya karena kerja atau karena suami."

Tengah malam, aku pulang dalam letih dan badan yang terasa remuk karena baru kali pertama naik gunung. Tanpa sepatah kata, segelas air hangat disodorkannya. Itu amat mengobati dan menyegarkanku. Kolak pisang dihangatkan untukku. Lalu setelah subuh aku tertidur, beliau tak membangunkan seperti biasanya. Pukul 08.00 aku baru terbangun, beliau sudah tak ada. Rupanya beliau menunggu tukang bubur langgananku dan membelikannya untukku. Masyaa Allah... sungguh mama adalah surga sebelum surga.

Setelah sarapan, aku memberikan lembar catatan puisiku yang kufoto di puncak Gunung Gede.

"Ma, Meta bikin puisi ini untuk Mama. Meta foto di puncak Gunung Gede."

Tanpa kacamata, beliau mengejanya perlahan dengan bantuan sinar matahari.

"Kok sedikit?"

Iya... begitu saja reaksinya. Aku pun sudah menduga. Mama bukan tipe orang yang mudah memuji atau terharu di depan orang lain. Tapi aku yakin dalam salatnya, sujudnya, doanya, ia akan mendoakan sepenuh hati untuk orang-orang yang ia sayangi.

"Iya, soalnya tangan Meta udah beku. Gak kuat lagi nulis panjang." Aku pun mencium tangan, pipi kanan dan kiri beliau. Lalu tertidur lagi. Beliau hanya membangunkanku untuk salat zuhur dan ashar. Selepas ashar aku mulai pulih dan bisa beraktivitas menyelesaikan tugas rumah. Sementara beliau sibuk di dapur. Entah apa yang dibuatnya.

Sehabis maghrib, sepiring ketan kuning disodorkannya padaku. Sementara beliau membagi-bagi untuk beberapa tetangga. Masyaa Allah... berasa aku lagi milad atau dibuat acara selamatan karena sehat selamat sehabis naik gunung.

Doakan saja ya, Ma... semoga setelah naik gunung, anak gadis bungsumu ini lekas naik pelaminan. Aku tahu pasti itu adalah doa terkuatmu untukku saat ini. Engkau yang begitu takut aku keasyikan sendiri pada beragam aktivitas sementara engkau sudah semakin menua dan khawatir aku tak ada yang menjaga. Doamu selalu dikabulkan olehnya. Dan aku berikhtiar untuk mewujudkan doa-doamu, Ma.

Uhibbuki fillah...

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget