Pages

24 July, 2016

[Kajian] URGENSI TAFSIR AYAT-AYAT POLITIK

URGENSI TAFSIR AYAT-AYAT POLITIK

Dr. Atabik Luthfi, Lc, MA
Masjid Alumni IPB
Minggu, 24 Juli 2016

Kesalahan fatal umat Islam di era modern adalah menjauhkan politik dalam kehidupan beragama. Ini adalah kesalahan KONSEP, dan jauh lebih berbahaya ketimbang kesalahan aksi/praktik. Misalnya konsep belajar, niatkan untuk beribadah pada Allah, menjadi pemimpin dan penegak agama Allah, maka praktik/aksinya akan mengikuti konsep, bukan niat untuk pintar saja atau duniawi lainnya. Menganggap Islam tidak berhubungan dengan dunia politik menjadikan umat berpotensk termarginalkan/terpinggirkan.

Inilah ayat-ayat yang perlu ditadabburi bahwa Allah pun menyuruh kita berpolitik:
1. Q. S. Al baqarah [2] : 208
"...masuklah ke dalam Islam secara  KESELURUHAN..."
Konsep KAFFAH dalam ayat ini semakin dikuatkan dalam doa kebaikan dunia dan akhirat yang tiap hari kita lafalkan sehabis salat. Bahwa untuk mencapai akhirat yang hasanah, pun dunia juga harus hasanah. Dunia yang hasanah artinya bekerja, berkuasa, dan ilmu lainnya. Tidak sekadar ibadah mahdah.
Pembicara pernah mendapat pertanyaan saat seminar di Amerika, "Why you should doing pray, fast, and hajj when you can be better without it all?"
Dan dijawab, "All you have done is a part of Islam. All we have done is a part of Islam. When we are together, that is ISLAM."

Bagi mereka buat apa puasa, salat, dan haji jika ternyata negara kita paling korup. Mereka yang tidak beriman justru tidak korupsi. Mereka hanya melihat satu sisi. Padahal Islam bukan sekadar puasa, salat, dan haji. Islam adalah semua hal dalam hidup kita. Orang jadi PNS, Islam. Orang berpolitik, Islam. Orang melakukan kegiatan sosial itu juga Islam. Semua yang kita lakukan adalah Islam bila sesuai syariatNya. Jangan malah saling menyalahkan.

2. Q. S. An Naml [27] : 44
Konsep nabi sulaiman yang ingin mengislamkan negeri Saba' melalui keislaman Ratunya, Balqis.
Terkadang kita harus bertanding sesuai lawan. Seperti ratu balqis yang harus ditandingkan dengan raja sulaiman, sebab mereka sama-sama berkuasa. Inilah mengapa Islam harus memiliki kekuasaan untuk melawan kekuatan yang zalim. Sebab terkadang ada yang harus didakwahi dengan kemewahan dan kekuasaan seperti Ratu Balqis, ada pula yang harus didakwahi dengan kezuhudan.

3. Q. S. An Naml [27] : 15
Konsep bahwa ILMU adalah prinsip dasar dalam Islam.
Untuk memiliki kekuasaan, kita harus punya ilmunya. Kebanyakan kita mempelajari sesuatu hanya dari satu sisi dan tidak menyeluruh. Contoh apa yang kita ingat saat disebut khalifah Umar bin abdul aziz? Kebanyakan hanya tahu tentang kezuhudannya. Padahal ia memiliki ambisi yang besar dimulai dari ambisi menikahi putri khalifah, menjadi gubernur, hingga akhirnya ambisi akhirat dengan kezuhudannya saat ia sedang memimpin. Ujian bagi pemimpin adalah zuhud (menjauhi dunia). Berbeda dengan orang miskin yang bukan zuhud tapi memang kesehariannya begitu. Inilah beda konsep.

Memang tidak ada kata "siyasah/politik" dalam Al Quran, tapi bukan berarti tidak Islami dan tidak perlu dipelajari. Coba kalian cari kata "aqidah" dalam Al Quran! Tidak ada juga, tapi apakah kita tidak beraqidah?

Berprestasi dengan keilmuan adalah salah satu siyasah dakwah. Seperti Dr. Arif yang menekuni bidang kecil dari multimedia namun diakui dan dipampang fotonya di luar negeri sana. Dia satu-satunya orang Indonesia dan Islam yang dihargai karena ilmunya. Maka, bukan berarti multimedia tidak islami. Tetap pelajari semua ilmu! Mengilmui sesuatu haruslah dari dua sisi, baik dan buruknya. Jangan setengah-setengah.

4. Q. S. An Nisa [4] : 54
Konsep kerajaan sebagai idiom untuk kekuasaan/politik

5. Q. S. Al baqarah [2] : 251
Konsep kepemimpinan/kekuasaan pasti akan bergilir dan harus diteruskan/regenerasi/kaderisasi dan berdampingan antara yang adil dan zalim. Maka untuk melawan yang zalim, harus diperjuangkan kandidat yang adil. Kita harus mengimbangi.

6. Q. S. Yusuf [12] : 56
Konsep jabatan pada kisah Yusuf. Bahwa kita harus berani menerima jabatan untuk membuka jalan lain. Itu adalah peluang kebaikan lebih besar dari Allah.

7. Q. S. An Nur [24] : 55
Konsep janji Allah tentang pergantian kekuasaan. Kita harus memiliki strategi untuk menjaga keadilan dengan mempersiapkan pengganti melalui kaderisasi.

8. Q. S. Al Maidah [5] : 50
Tentang hukum Allah yang kembali pada dalil ayat pertama. Bahwa Islam mengatur urusan kita secara KAFFAH.

*catatan sepemahaman penulis

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget