Pages

09 July, 2016

[Review buku] Berjalan di atas cahaya

Judul: Berjalan di atas cahaya
Penulis: Hanum Salsabiela Rais, dkk
Penerbit: Gramedia
Dimensi: xii + 210 hlm, cetakan keempat Juli 2013
ISBN: 978 979 22 9359 3

20 kisah inspiratif yang ditulis oleh tiga penulis wanita berdasarkan pengalamannya di benua biru, Eropa. Di benua biru itu, Islam adalah minoritas. Maka menjadi muslim adalah agen Islam yang mencitrakan agama ini. Ketiga penulis bercerita bagaimana para agen muslim yang mereka temui berusaha yang terbaik dalam menyiarkan agama Islam. Ada  banyak cara berdakwah kreatif untuk menarik hati dan mengubah perspektif penghuni benua biru tersebut. Di antaranya ada muslimah yang ngerap, bermain pencak silat ala minangkabau, menjadi satu-satunya karyawati berjilbab di perusahaan pembuat jam dunia, berusaha mendirikan masjid,  semua untuk berdakwah. Mereka terua berusaha berjalan di atas cahaya dengan segala keterbatasannya. Semua dilakukan dengan indah, sabar, berilmu dan beradab, bukan dengan perdebatan apalagi perseteruan.

Dari tiga penulis memang gaya menulis hanum lebih unggul dan mengalir dibanding dua penulis lainnya. Terutama jika dibandingkan dengan tulisan wardatul ula yang menurut saya tidak jelas apa yang ingin disampaikan dan kurang asyik.

Saya apresiasi 3 dari 5 bintang.

"Jangan pernah menganggap satu manusia--yang kauanggap gak penting--yang kita temui dalam hidup, takkan pernah kita jumpai lagi. Setiap mereka adalah jalan keluar." (H. xi)

"Perusahaan yang masih mempermasalahkan penampilan berjilbab karyawannya tentulah perusahaan yang tidak kredibel. Pada masa yang akan datang, perusahaan ini lambat laun akan menerapkan kebijakan yang kurang prokaryawan." (H. 27)

"Keluarga saya adalah keluarga yang utuh dalam Islam dan bermunajat untuk satu keyakinan yang sama. Itu adalah harta yang kadang terlupakan." (H. 49)

"Sesungguhnya manusia yang semakin tua semakin kembali ke titik nol awal kehidupannya." (H. 193)

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget