Pages

05 July, 2016

[Review buku] 99 cahaya di langit eropa

Judul: 99 cahaya di langit eropa
Penulis: Hanum salsabiela rais & Rangga Almahendra
Penerbit: Gramedia
Dimensi: 412 hlm, cetakan ketujuh belas september 2014
ISBN: 978 979 22 7274 1

Novel ini berdasarkan kisah nyata perjalanan penulisnya di benua Eropa. Menjelaskan tentang keterkaitan dan sejarah Islam di Wina, Paris, Cordoba/Konstantinopel, Granada, dan Istanbul. Dengan bahasa yang ringan, mengalir, serta runut novel ini tidak terasa seperti novel perjalanan serta sejarah umumnya. Tinggal di kawasan minoritas Islam, justru menimbulkan rasa jatuh hati yang mendalam pada agama Islam dengan membuka hati dan pikiran melalui perantara kalam (pengetahuan).

Islam ternyata pernah berada di sana, meski jejaknya kini telah digerus hingga tak nampak. Tapi, siapa sangka bahwa Islam pernah begitu bercahaya bahkan menjadi salah satu peradaban acuan di dunia. Lalu apa yang membuatnya hancur seperti sekarang? Sebab nafsu dan kemalasan pemeluknya yang tidak lagi sesuai wahyuNya: baca dan mau berpikir.

Siapa sangka bahwa di lukisan bunda maria dalam museum Louvre terdapat kalimat tauhid dalam tulisan arab kufic di pinggiran hijabnya. Siapa sangka bahwa pembangunan Arc du Triomphe du Carrousel dan Arc du Triomphe de l'Etoile dalam garis Axe Historique di kota Paris mengarah pada satu tujuan: Kiblat di Mekkah. Juga siapa sangka pernah ada masa indah di Cordoba bahwa Islam bisa berdampingan dengan beragam agama lainnya. Terbukti dari sisa peninggalan Hagia Sophia dan Blue Mosque.

Hanya saja ada sedikit yang mengganggu saya terkait sirah saat Haji Wada di halaman 388. Di novel ini tertulis Umar bin Khattab yang menangis saat Rasul membacakan Q. S. An Nashr. Padahal selama ini saya mempelajari sirah, yang menangis adalah Abu Bakar sebab ia mengerti bahwa maut mendekati Rasul dan itu adalah wahyu terakhir.

Saya apresiasi 4 dari 5 bintang.

"...keteladanan berbicara lebih keras daripada kata-kata." H. 63

"Agama dan ilmu harus membentuk keseimbangan yang tak bisa dibentur-benturkan. Keduanya tak boleh mengkafiri yang lainnya. Baik agama dan ilmu pengetahuan harus membuka diri satu sama lain. Kalau tidak, keseimbangan itu akan runtuh." H. 156

"Kau tidak akan bisa melarang orang, ini haram dan itu halal, jika perut orang yang kauceramahi itu keroncongan." H. 250

"Pergilaj, jelajahilah dunia, lihatlah dan carilah kebenaran dan rahasia-rahasia hidup; niscaya jalan apa pun yang kaupilih akan mengantarkanmu menuju titik awal. Sumber kebenaran dan rahasia hidup akan kautemukan di titik nol perjalananmu. Perjalanan panjangmu tidak akan mengantarkanmu ke ujung jalan, justru akan membawamu kembali ke titik permulaan.
Pergilah untuk kembali, mengembaralah untuk menemukan jalan pulang. Sejauh apa pun kakimu melangkah, engkau pasti akan kembali ke titik awal." H. 372

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget