Pages

28 October, 2014

Bisa jadi...? Orang bilang...?



Bisa jadi, kamu akan selamanya seperti ini, melakukan pekerjaan yang sama untuk berpuluh tahun lamanya. Orang lain bilang, terjebak rutinitas. Yaa... itu mungkin saja. 

Bisa jadi, gaya hidupmu akan selamanya seperti ini, tak berubah banyak harta benda yang kamu miliki. Orang lain bilang, kamu tak berkembang. Yaa… itu mungkin saja.

Bisa jadi, hidupmu tak akan berubah banyak, di saat teman-temanmu sudah melampauimu. Orang lain bilang, kamu payah. Yaa… itu mungkin saja.

Namun perasaan kamu tidak.

Kutegaskan sekali lagi dengan bertanya kepadamu, “Apa mungkin, perasaan kamu akan selamanya seperti ini? Adakah perasaan yang rutin sama tiap harinya dalam bilangan tahun?”

Tidak semua hal yang tak berubah banyak, merupakan indikasi bahwa hal tersebut payah. Sama seperti sebuah taman tua yang tetap saja kondisinya tak berubah, di pojokan kompleks sana. Tak ada yang berubah banyak, dari kamu anak-anak hingga kamu memiliki anak. Pohon angsana yang tetap berdiri kukuh di tengah. Apakah taman itu payah? Tak modern? Tak berkembang? Ingatkah kamu rasa yang terpanggil kembali saat kamu memanjat pohon itu, bersandar pada batangnya yang kukuh, berteduh di bawahnya saat gerimis? Apa yang kamu rasakan kembali?

Bisa jadi, memang di sanalah peranmu. Tidak untuk ke mana-mana. Diam, seperti pohon angsana. Memberikan keteduhan dan menjadi pusat kehidupan taman tua itu, tanpa perlu beranjak ke mana-mana. Sekadar ada, menemani, menyaksikan pertumbuhan kota sekitarnya.

Bisa jadi pula, itu adalah prestasi cemerlangmu. Bahwa kamu lulus dalam uji kesetiaan. Saat yang lain sudah berpindah-pindah ke tempat lain, kamu bergeming di titik itu. Menambal kebocoran-kebocoran yang disebabkan orang lain. Itulah yang terjadi dalam rutinitasmu.

Begitu banyak kemungkinan, perbandingan, paradigma, dalam penilaian manusia.

Apakah kamu akan berfokus pada “Bisa jadi, memang inilah…” lalu kamu menjalaninya penuh syukur, meski tak sepenuh hati di awal. Bukankah cinta itu dipupuk, disiram, hingga kamu bisa berkata “Do what I love!” yang awalnya kamu paksa dari kalimat “Love what I do.”

Atau, kamu akan berfokus pada “Orang lain bilang, ….” Lalu kamu akan merasakan kekurangan yang menjadi dasar nelangsamu. Kamu menyakiti dirimu sendiri dengan membanding-bandingkan hidupmu dengan orang lain. Padahal apa yang kamu miliki, sudah terbaik untuk hidupmu. Pun apa yang dimiliki oleh orang lain, sudah yang terbaik bagi orang itu. kadar kita tak akan pernah sama. Sebab, manusia itu unik dan khas.

Jadi, mana yang akan kamu pilih?


Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget