Pages

14 October, 2014

My idiot brother

Amat jarang bagi saya, memilih film indonesia untuk ditonton di bioskop. Sebab, seringkali agak mengecewakan. Tapi film My Idiot Brother (seterusnya MIB) ini, trailernya hadir di saat yang pas. Di sela iklan youtube saat saya streaming, dan saat saya sedang kesal dengan uda saya. Cuplikannya berhasil membuat saya ingin sekali menonton, sebab saya merasa terwakili sebagai adik yang memiliki kakak berkebutuhan khusus. Sayangnya, trailer tersebut tak menjamin film ini bagus seperti yang saya harapkan. Tapi, tetap saja film ini memiliki keterikatan emosi bagi saya. Ada sisi-sisi yang memang benar dan bahkan jauh lebih berat saya alami dibanding tokoh si adik di film tersebut.

***

"Sebenarnya, apa arti kebahagiaan buatmu?"

Pertanyaan itu terlontar di awal cuplikan. Seringkali, jawaban atas pertanyaan itu akan berpusat pada diri kita sendiri. Kebahagiaan menurut persepsi kita, yang membahagiakan diri kita saja. Tapi, saat kamu memiliki kakak berkebutuhan khusus, mungkin kamu akan memahami bahwa definisi kebahagiaanmu akan sedikit bergeser. Kamu akan meletakkan kebahagiaannya di atasmu. Terlebih, bila dia menjadi tanggunganmu seumur hidup. Kamu akan memilih pasangan, cinta, setelah kamu yakin bahwa orang tersebut mampu mencintai kakakmu itu. Kakak yang luar biasa. Lalu perkara cinta menjadi sepele bagimu, karena fokusmu pada kakakmu. Seperti yang dialami tokoh adik di film ini, saat ia jatuh hati dan jelas-jelas ada yang mencintainya. Tapi ia menjadi abai, ketika ada sesuatu menimpa kakaknya yang luar biasa tersebut.

Walau sering kali, rasa iri, cemburu dan keinginan memiliki kakak lelaki normal melanda, terutama saat melihat teman-teman lain membanggakan atau berinteraksi dengan kakaknya. Diantar jemput, bisa curhat tentang cowok yang disukai, meminta saran dari sudut pandang cowok, atau saat mereka bercerita bahwa kakak lelakinya sering jahil. Cerita-cerita itu membangkitkan nyeri di dadamu. Kamu ingin. Kamu juga ingin hal itu terjadi padamu. Sayangnya, selamanya hal itu hanya mimpi yang kamu tahu, tak akan pernah terwujud. Kakakmu yang luar biasa itu hanya mampu menyayangimu dengan caranya yang sederhana. Yang bahkan sangat jarang solutif untuk tiap masalah yang kauhadapi. Sehingga kamu benar-benar merasa sendiri. Harus berjuang sendiri. Sebab, tak ada lagi yang bisa kamu andalkan.

Lalu perihal tersebut, kamu menjadi sering mencari sosok kakak laki-laki. Perhatianmu tulus, ingin membangun persahabatan atau kekeluargaan. Tapi, banyak yang menjadi salah paham. Mereka salah mengartikan niatmu. Disangkanya, kamu ada rasa. Padahal, memberikan perhatian bukan berarti memberikan hatimu. Meski saat mencintai, kamu pasti akan memperhatikan. Padahal, yang kamu harap, mereka benar-benar membalas perasaanmu cukup dengan menganggapmu adik. Tidak lebih. Tapi nyatanya, mereka sering menaruh harap, yang pada akhirnya membuat mereka kecewa. Akhirnya, kamu sadar... Bahwa kamu tidak bisa mengharapkan orang lain menjadi kakak lelakimu. Menggantikan kakak lelaki kandungmu, yang kamu harapkan normal. Begitulah rasanya. Lubang di dada itu akan nyeri sewaktu-waktu.

Apalagi yang bisa kamu lakukan, selain menerimanya dengan (mencoba) ikhlas?

Sebab, kesabaran adalah hal terbaik yang kamu miliki untuknya. Mungkin, bila kamu kehilangan sabar, kamu akan kehilangannya.


Meta morfillah
*muhasabah setelah ditraktir nonton My Idiot Brother sama chatelia. Makasih chatel*

No comments:

Post a Comment

Text Widget