Pages

14 October, 2014

Jangan sampai canda mengebiri niat baik kita

Seringkali saat kita memergoki teman kita sedang membaca buku tentang pernikahan, ta’aruf, atau pun sejenisnya, kita akan meledeknya. Mencandai bahwa ia sebegitu galaunya, kebelet, dan hal lainnya. Tanpa pernah berpikir dampak psikologis setelahnya. Bahwa mungkin saja ia malu, lalu berhenti mencari tahu tentang ilmu nikah tersebut. Padahal dengan hal itu, kita telah berlaku tidak adil. Menghentikan proses seseorang dalam menggapai ilmu, bukankah itu jahat?

Akhir-akhir ini saya sering berpikir, mengapa banyak sekali yang membully (baca: mencandai) saya tentang jodoh. Ternyata, setelah berdiskusi dengan beberapa kawan, mereka menjawab karena tulisan, status di beragam media sosial saya yang cenderung kebanyakan membahas tentang jodoh. Bahkan tak jarang terkesan menantang (terutama kaum pria yang sering merasakan hal ini setelah membaca tulisan saya). Padahal, saya menulis itu pun demi mendukung pencarian ilmu saya mengenai pernikahan, dan mengekalkannya melalui tulisan. Sebab, semakin saya banyak membaca, menulis dan mengilmui tentang hal itu, saya merasa semakin saya tak tahu apa-apa. Mungkin memang begitulah hakikat ilmu. Seperti air laut. Semakin kaureguk, semakin kauhaus. Namun, akhir-akhir ini memang saya merasa agak risih, ketika dibilang ‘kebelet’ atau ‘nafsu banget’, hanya karena saya begitu gencar mengilmui pernikahan. Tentu saja saya protes. Sebab, mau nikah besok, atau seratus tahun lagi pun, saya tetap akan mencari ilmunya dari sekarang. Bukankah pernikahan sama dengan kematian. Siap tidak siap, harus kita siapkan. Nah, kalau bukan dari sekarang, kapan lagi saya menyiapkannya? Mengapa harus malu?

Lalu kembali saya berpikir, jangan-jangan dulu saya sering membully (mencandai) orang yang sedang mengilmui pernikahan, membuatnya urung lalu berhenti. Aah… betapa jahatnya saya. Saya sendiri tak suka diolok-olok dengan hal yang sama. Sekarang saya merasakannya. Betapa saya merasa jahat. Melalui tulisan ini, saya ingin meminta maaf bila dahulu ada yang pernah terkena candaan saya. Bahkan bila sekarang saya masih suka mengolok seperti itu, tolong ingatkan saya. Maafkan saya. Mulai saat ini, saya ingin sekali berkata pada mereka yang masih malu-malu atau takut dalam mengilmui pernikahan, bahwa saya ada di sisi mereka. Saya mendukung sepenuh hati. Sebab menikah adalah ibadah yang bernilai separuh agama. Betapa besar, bukan?! Maka wajiblah diilmui dengan serius dan tekun. Saya berharap agar jangan sampai canda mengebiri niat baik kita.

Maukah kamu belajar bersama saya?


Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget