Pages

10 October, 2014

Jeda

Dalam hidup, seringkali kita lupa bahwa kita membutuhkan jeda. Agar kita tak terjebak pada rutinitas yang mungkin mematikan indera. Agar kita mampu mengurai makna dan lebih mudah mengeja arti dengan adanya jeda atau pun jarak. Sama persis sebagaimana arti spasi dalam tiap ketikan kita. Memudahkan, mempercantik, dan menjelaskan tiap kata yang kita ketikkan. Bayangkan bila tidak ada spasi, apa yang akan terjadi? Tulisan menjadi tidak indah, ruwet, membuat malas orang membacanya, apalagi mendalami maknanya.

Bila kita sudah terlalu asyik dengan rutinitas, ada kalanya Tuhan mengingatkan kita untuk memberi jeda pada hidup kita. Melalui sakit, misalnya. Bisa jadi, memang sakit adalah peluruh dosa. Tapi, bisa jadi pula, sakit merupakan cara Tuhan yang ingin mengajakmu tamasya, melalui jeda. Dalam ketakberdayaanmu di tengah kesakitanmu, kamu hanya mampu membaca. Membaca seliweran twitt, status, recent updates di dunia maya, yang membuatmu jadi tahu kabar terakhir beberapa teman yang selama ini kamu luput. Atau, membaca buku yang sudah lama tak tersentuh di pojokan kamarmu. Lebih bagus lagi, membaca firmanNya, yang menyembuhkan ruhanimu, lalu berdampak pada jasmanimu, sebab kamu menjadi begitu bersyukur akan sakitmu.

Jeda, memberi kita waktu sebelum melangkah lebih jauh. Mengkondisikan diri kita pada keadaan terbaiknya, sebelum menuju titik tolaknya. Sebab, dari jeda kita belajar, bahwa semua ini hanya untuk sementara waktu, bukan? Segala kebahagiaan, kesedihan, kekecewaan, kemenangan, dan lainnya tidak akan bertahan lama. Itu semua hanyalah jeda dalam kehidupan kita.

Selamat menikmati jedamu!
Jeda kita masing-masing, tentu berbeda, bukan?


Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget