Pages

03 October, 2014

Berjalan bersamamu

Berjalan bersamamu

Aku memang tak suka berlari.

Mengapa? Sebab aku sering tertinggal saat berlari.

Tapi aku suka berjalan. Aku sering memenangkan lomba jalan cepat. Sebab aku menikmati, berjalan cepat tidak membuatku lelah. Berjalan pun membuatku sempat memperhatikan sekelilingku. Lalu tahu-tahu saja aku telah sampai di tujuanku.

Malam ini, aku menyusuri jalan lengang sendirian. Hal ini membuatku banyak merenung dan tersenyum-senyum sendiri. Kau ingin tahu, mengapa aku tersenyum  saat berjalan sendirian?

Aku baru saja berpikir…

Menyadari bahwa ada banyak alasan yang membuatku suka berjalan. Terutama bila berjalan bersamamu. Rasanya begitu romantis. Menikmati detik yang berdetak perlahan, di sampingmu. Mungkin, tanpa melepas genggaman tanganmu. Konyolnya, aku berharap kita tak memerlukan kendaraan. Sebab, pada akhirnya aku sadar bahwa berjalan bersamamu akan menjadi sebuah kemewahan. Mengapa? Sebab kamu laki-laki. Kamu serupa layang-layang. Pasti ada ambisimu untuk selalu terbang tinggi, dan mengalahkan langit. Selalu ingin mencapai hal yang lebih tinggi. Mungkin, kamu akan memulainya dengan mencicil motor, lalu mobil, lalu kapal, lalu pesawat. Lalu berjalan bersama, naik angkutan umum yang membuat kita berdesak-desakan hanya akan menjadi kenangan. Perlahan, jarak akan tercipta. Di motor, kita tidak akan leluasa bercerita. Wajahmu akan serius dan fokus memperhatikan jalan di depan. Angin akan mengganggu pembicaraan kita, hingga kamu mungkin akan sering bertanya “Apa?” agar aku mengulangi ceritaku. Di mobil, kita memang bisa berbicara lebih leluasa, tapi ada jarak cukup lebar di antara tempat duduk kita. Aku tak bisa terus-menerus menggenggam tanganmu, tak bisa bersandar di bahumu karena jarak kita. Dan aku akan merindukan genggaman tanganmu pada jalan-jalan yang pernah kita lalui dengan berjalan. Aku akan merindukan jarak kita yang luruh saat kita berjalan bersama. Dengan bebasnya aku bisa menyandarkan kepalaku di bahumu bila lelah meliputiku.

Pada hal-hal sederhana seperti itulah aku jatuh hati. Kesederhanaan yang perlahan menjelma kemewahan yang tersembunyi.



Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget