Pages

21 March, 2017

[Review buku] Muhammad: Sang pewaris hujan

Judul: Muhammad sang pewaris hujan
Penulis: Tasaro GK
Penerbit: Bentang
Dimensi: viii + 584 hlm, 23.5 cm, cetakan keempat Agustus 2016
ISBN: 978 602 291 135 7

Novel ketiga dari tetralogi novel biografi ini berkisah tentang Kashva dan pertemuannya dengan Bar Nasha yang membuatnya menyadari bahwa tidak pernah ada Elyas. Sementara dunia Islam semakin mencapai kecemerlangannya di bawah pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab. Persia, Mesir dan perlahan Byzantium, konstantinopel mulai ditaklukkan.

Sayang, pemulihan diri Kashva mengalami bencana. Ia diserang dan kehilangan memori masa lalunya. Ia menjelma Elyas. Di saat yang sama, Astu mencari perihal kabar Kashva dan anaknya Xerxes. Takdir berliku, akankah mereka bertemu? Akankah semua pertanyaan berujung jawaban?

Ya, ini adalah novel. Namun emosi saya begitu teraduk bahkan jauh lebih sedih dibanding membaca sirah yang kadang tak saya pahami maksudnya. Meski tetap harus berhati-hati sebab ada unsur fiktif di dalamnya, novel ini merupakan favorit saya yang sulit memahami sejarah dengan logika.

Saya merasa semakin dekat bila membaca perasaan tokoh dalam cerita. Terima kasih pada penulis yang berusaha membuat saya memahami mengapa ada konflik ini karena rasa itu. Jauh lebih mudah. Dan capek. Nangis terus. Betapa saya membayangkan bagaimana rasanya membersamai Rasul dan sahabat yang utama. Ukhuwah luar biasa.

Novel ini pun seakan urut menceritakan kekhalifahan Rasul di buku pertama, Abu bakar di buku kedua, Umar di buku ketiga dan ditutup dengan Utsman yang baru saja dibaiat menjadi khalifah selanjutnya. Aah... membuat saya ingin memiliki buku keempat. Ya, siapa yang mau hadiahkan? #eeh

Saya apresiasi 5 dari 5 bintang.

"Pada dasarnya setiap manusia memiliki kerinduan pada Tuhannya. Meski itu setitik kecil di dalam batinnya. Manusia berangkat meninggalkan Tuhan melalui kelahirannya di dunia. Lalu, kembali melalui perjalanan panjang di dunia hingga kematiannya." (H.152)

"Bagaimana cara mengetahui tujuan takdir?
Tentu saja dengan menjalaninya." (H.306)

"Mengapa kita harus berdoa? Bukankah Allah Mahatahu kebutuhan kita?
Agar manusia menjadi rendah hati. Tahu diri siapa hamba dan siapa Tuhannya. Ketika engkau melakukannya, engkau mengusir sikap sombong, malas, apalagi berharap kepada selain Allah." (H.351)

"Aku tak pernah menyandarkan harapanku pada sesama manusia sehingga aku tak merasa kecewa saat dikecewakan. Tak merasa harus marah saat orang menyakitiku. Tak merasa iri jika orang lain mendapatkan lebih banyak rezeki." (H.351)

"Memiliki anak sama saja meletakkan jiwa di badan yang asing." (H.498)

"Dunia ini korup, tetapi engkau bisa mengubahnya." (H.514)

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget