Pages

09 July, 2015

Mama: Surga sebelum surga

"Met, ini baju cobain. Pas gak sama kamu."

Mama menyodorkan sebuah gamis lengkap dengan khimarnya.

"Dih, ngapain beliin baju lebaran. Gak usah, Ma."

"Bukan baju lebaran. Mumpung ada rezeki. Kita samaan. Kamu, kakak, sama mama. Cuma beda warna."

Mama menjelaskan dengan sabar. Beliau tahu, aku paling tak suka beli baju baru, apalagi bila hanya aku yang dibelikan. Mending untuk keperluan lain. Mendengar penjelasan mama, aku pun mencoba baju tersebut. Jilbabnya agak kebesaran dan panjangnya sampai menyapu lantai. Tapi aku diam saja.

"Kepanjangan ya. Jilbabnya juga kegedean ya? Nanti mama jahit lagi."

Aku hanya mengangguk. Mama... seperti surga, mengabulkan apa yang kubutuhkan dan kuinginkan, tanpa perlu kuutarakan dalam kata.

***

Pukul 09.30

"Ma... nanti meta izin i'tikaf lagi ya."

Aku berkata sembari bebenah, sementara mama asyik menjahit baju baruku. Beliau diam saja. Tanda setuju, memberi izin.

"Nanti meta boleh bawa bekal gak, Ma? Dua. Buat buka sama sahur. Soalnya meta kan jalan abis ashar, takutnya buka di kereta. Terus kalau sahur, ada sih di sana nasi box. Beli Rp 10.000, sayang, Ma... mending uangnya buat ongkos i'tikaf besoknya lagi. Hemat."

Mama langsung meletakkan jahitannya, lalu masuk ke dalam kamar. Aku meneruskan mencuci baju. Tak lama, mama mendatangiku dan berkata,

"Meta... anterin mama ke tukang sayur sekarang. Naik motor."

"Hah? Mau ngapain? Kan kemarin udah belanja. Itu aja belum dimasak semua."

"Mama belum beli kelapa sama kentang kecil."

"Mau bikin apa?"

"Rendang. Buat kamu bawa nanti. Biar awet, gak basi. Buruan. Kamu sih baru bilang sekarang, semoga keburu matang sebelum kamu jalan."

Aku pun menghentikan kegiatan mencuci baju, dan bergegas mengantar mama ke tujuannya.

Selepas itu, mama asyik di dapur hingga aku terbangun dari tidur siang. Dan saat aku mau berangkat, tasku sudah penuh terisi bekal. Sampai coklat buatanku pun dimasukkan. Padahal itu kubuat untuk mama dan uda. Tapi mama lebih khawatir aku kekurangan makanan.

***

Aku tak tahu bagaimana penampakan surga. Yang kudengar dari kisah-kisah di kitab, surga adalah suatu tempat di mana segala keinginan dan kebutuhan kita akan terpenuhi. Berisi semua kesenangan. Tanpa perlu kita katakan. Bahkan, baru memikirkannya saja, tiba-tiba Allah kabulkan apa yang kita pikirkan di hadapan kita.

Di dunia, memang tak ada surga. Tapi, kukira... mama adalah surga sebelum surga. Beliau, mampu menyediakan apa yang kubutuhkan dan kuinginkan tanpa harus aku mengutarakannya. Tanpa perlu kubersusah payah. Yaa Allah... pantaslah ibu begitu kautinggikan derajatnya, pantaslah surga berada di telapak kakinya. Sebab, melaluinya... aku meraba rasa surga. Tak henti aku merasakan nikmat berlimpah darinya, tanpa timbal balik. Tanpa pamrih.

Mama... selamanya kamu berharap agar anakmu ini lebih baik dari dirimu.
Selamanya pula, aku merasa tak akan mampu mengalahkanmu. Semua kebaikanku berasal darimu, dan keburukanku adalah dariku.

Ya Allah, sayangilah mama sebagaimana mama menyayangiku di waktu kecil hingga saat ini. Ampunilah dosanya, berikanlah tempat terbaik di sisiMu kelak. Aaamiiin.

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget