Pages

10 February, 2014

Tidak Peduli



Saat Hati Menjelma Serpihan-serpihan kecil
Saat ujian demi ujianNya terasa terlalu berat untuk ditanggung sendiri
Maka kemana seorang gadis ini harus mencari kekuatan
Agar hati mampu terus bertasbih?


Bagaimana aku bisa tahu apa yang kamu pikirkan, jika kamu tak pernah memberitahukannya?

Aku bukan pembaca pikiran. Terlebih tentangmu. Tak pernah kutahu dengan persis apa yang sebenarnya sedang kaupikirkan. Terlalu banyak hal yang harus kupelajari dalam waktu sesingkat ini. Aku luput memerhatikanmu, wajar saja bukan? Kadang aku menyayangkan sikapmu yang terlalu tinggi menilaiku. Ekspektasi yang bahkan tak pernah kupinta. Membuatku lelah, ingin gugur dan berkata “Aku Lelah!”. Namun kuingat kembali apa sesungguhnya yang kucari dalam hidup ini, pada siapa seharusnya aku bersandar, tekadku untuk menjadi makhluk yang bermanfaat, hingga kutemukan kembali suara hati kecilku dengan semangatnya yang berpijar berkata “Lillah, Met, Lillah!”

Namun aku wanita, yang sesekali rapuh bila sudah tak tahan. Mendengar teriakan, bentakan, atau dinginnya sikapmu terkadang membuatku meradang dalam diam. Yaa… aku hanya bisa marah dalam diam. Ingin sekali aku berkata “Bukan kamu saja yang lelah, penat atau menderita! Aku juga! Apa kamu pernah coba mengerti? Kadang aku terlalu inisiatif disebabkan gemas melihat kamu yang tak sigap. Kadang aku bawel disebabkan kamu yang abai.”

Tapi tentu saja, aku kembali diam. Perlahan aku semakin diam, enggan bicara. Kau tahu, aku tidak mau membenci. Bagiku kau tidak sebegitu berharga untuk kubenci. Aku memilih untuk tidak peduli. Yaa, tidak peduli lagi dengan segala urusanmu. Bagiku taraf membenci dan tidak peduli begitu jauh. Lebih baik dibenci, setidaknya kau berharga karena pernah ada di dalam hidup seseorang dan memiliki nilai. Tapi tidak peduli? Itu sungguh mengenaskan. Seperti sebuah batu kerikil di jalan raya, kau bahkan tidak dianggap. Tidak ada yang mau berurusan denganmu. Ya, kejam. Aku memilih untuk kejam dengan caraku. Jangan salahkan! Kamu yang membuatku jadi begini. Aku hanya bertindak sebagai cerminmu. Kau perlakukan aku dengan seenaknya, maka aku pun bisa. Caraku tak sekasar caramu, karena aku perempuan rumit. Aku memiliki caraku sendiri. 

Nikmatilah…


Meta Morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget