Saat Hati Menjelma Serpihan-serpihan kecil
Saat ujian demi ujianNya terasa terlalu berat untuk ditanggung sendiri
Maka kemana seorang gadis ini harus mencari kekuatan
Agar hati mampu terus bertasbih?
Bagaimana aku bisa tahu apa yang kamu pikirkan, jika kamu
tak pernah memberitahukannya?
Aku bukan pembaca pikiran. Terlebih tentangmu. Tak pernah
kutahu dengan persis apa yang sebenarnya sedang kaupikirkan. Terlalu banyak hal
yang harus kupelajari dalam waktu sesingkat ini. Aku luput memerhatikanmu,
wajar saja bukan? Kadang aku menyayangkan sikapmu yang terlalu tinggi
menilaiku. Ekspektasi yang bahkan tak pernah kupinta. Membuatku lelah, ingin
gugur dan berkata “Aku Lelah!”. Namun kuingat kembali apa sesungguhnya yang
kucari dalam hidup ini, pada siapa seharusnya aku bersandar, tekadku untuk
menjadi makhluk yang bermanfaat, hingga kutemukan kembali suara hati kecilku
dengan semangatnya yang berpijar berkata “Lillah, Met, Lillah!”
Namun aku wanita, yang sesekali rapuh bila sudah tak tahan. Mendengar
teriakan, bentakan, atau dinginnya sikapmu terkadang membuatku meradang dalam
diam. Yaa… aku hanya bisa marah dalam diam. Ingin sekali aku berkata “Bukan
kamu saja yang lelah, penat atau menderita! Aku juga! Apa kamu pernah coba
mengerti? Kadang aku terlalu inisiatif disebabkan gemas melihat kamu yang tak
sigap. Kadang aku bawel disebabkan kamu yang abai.”
Tapi tentu saja, aku kembali diam. Perlahan aku semakin
diam, enggan bicara. Kau tahu, aku tidak mau membenci. Bagiku kau tidak
sebegitu berharga untuk kubenci. Aku memilih untuk tidak peduli. Yaa, tidak
peduli lagi dengan segala urusanmu. Bagiku taraf membenci dan tidak peduli begitu
jauh. Lebih baik dibenci, setidaknya kau berharga karena pernah ada di dalam
hidup seseorang dan memiliki nilai. Tapi tidak peduli? Itu sungguh mengenaskan.
Seperti sebuah batu kerikil di jalan raya, kau bahkan tidak dianggap. Tidak ada
yang mau berurusan denganmu. Ya, kejam. Aku memilih untuk kejam dengan caraku. Jangan
salahkan! Kamu yang membuatku jadi begini. Aku hanya bertindak sebagai
cerminmu. Kau perlakukan aku dengan seenaknya, maka aku pun bisa. Caraku tak
sekasar caramu, karena aku perempuan rumit. Aku memiliki caraku sendiri.
Nikmatilah…
Meta Morfillah
No comments:
Post a Comment