Pages

13 February, 2014

Cermin beda gender

Kamu tahu?

Kamu adalah orang terkeras kepala yang pernah aku temui seumur hidupku. Menemukanmu selayaknya menemukan cermin seukuran diriku. Begitu jelas, nyata, dan memperlihatkan segala detail diriku. Hanya saja, kita berbeda gender.

Topik obrolanmu, caramu marah dengan mendiamkan, kesukaanmu menghilang atau menyendiri dengan tiba-tiba, kebiasaanmu menahan kata bila melihat orang yang ingin kamu ajak bicara sedang sibuk atau kurang pas waktunya, dan masih banyak hal lainnya. Baru kali ini kutemui seorang yang sungguh merupakan cermin diriku.

Entah kamu menyadarinya atau tidak, aku pun baru menyadari kesamaan kita setelah dua bulan perkenalan. Menghadapimu sungguh membuatku harus menambah kadar kesabaranku. Sekaligus menambah kadar kewarasanku, sebab apa yang kamu lakukan sering pula kulakukan dan menyadari hal itu membuatku malu dalam diam. Tak habis pikir, seperti melihat diriku dalam versi beda gender sedang merayakan kebodohan sikapku jika sedang merajuk. Bagusnya adalah aku tahu trik apa saja yang harus kulakukan ketika melihat moodmu sedang jelek atau baik. Aah.. Cermin yang terlalu bersih. Itulah dirimu.

Mengapa bisa ada dua orang yang begitu mirip dalam perangai? Padahal tak ada kaitan apa pun, hingga keduanya bertemu. Mudah saja bagi kita bersahabat baik lalu dalam sekejap menjadi musuh bebuyutan. Ketika kekeraskepalaanmu kadang memancing emosiku. Tapi tidaklah mungkin Tuhan mempertemukan kita tanpa suatu maksud. Bukankah kita percaya bahwa Tuhan adalah sutradara terbaik? Mungkin saja, saat ini kamu adalah cermin bagiku dan aku lilin bagimu (hahaa.. Tetap saja aku tak mau kalah dalam kebaikan denganmu :p).

Maka, kita lihat dan jalani saja alur cerita yang disiapkan sang sutradara untuk kita. Akankah kamu menjadi sahabatku, atau mungkin musuhku?

**

Puan mengcopy paste ketikan tersebut ke blognya. Lalu memberi judul "Cermin beda gender", memilih kategori #1hari1tulisan sebelum kemudian ia menekan tombol "publish".
"Aah.. Selesai satu tulisan gumaman hari ini. Leganya bila sudah kutuangkan dalam kata-kata. Tak peduli orang mau bilang apa, menulis hal yang tak jelas macam ini adalah penghiburanku. Aku hanya akan menulis apa yang ingin kutulis. Potongan-potongan rasa, kejadian atau hal yang tak sempat terkatakan hingga tak akan pernah berani kuucapkan pada orangnya secara langsung. Karena aku pengecut nomor satu." Batin Puan sembari membereskan laptopnya dan beranjak ke tempat tidur. Malam pekat yang telah memeluk kota adalah isyarat agar Puan lekas berlayar menuju pulau mimpi.


Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget