Pages

04 February, 2014

Biar waktu memainkan peran

diambil dari sini

Ada kalanya kita memang harus menjaga jarak. Coba keluar dari lingkaran selama ini kita berada. Mencoba melihat dari sisi yang lain, sebagai orang luar, bukan yang terlibat. Tak semua paham ilmu ini, beruntung dan sekaligus terkutuklah kamu yang memahaminya. Karena kamu akan selalu menjadi kambing hitamnya. Tapi di sinilah orang bijak terlatih. Olah rasa, olah raga, olah hati, olah jiwa. Empatimu harus lebih besar daripada gengsimu.

Ilmu menjaga jarak ini, akan kamu perlukan ketika suatu hubungan sudah tidak sehat, pekerjaan sudah sangat membuat penat, tekanan yang datang makin menghebat. Kamu tetap harus beraksi sebagai air yang tenang. Mencerminkan kedamaian, padahal di dasarnya bergemuruh, ada badai tsunami dalam hatimu. Siapa yang harus dimengerti? Kapan giliranmu untuk dimengerti? Mengapa semua harus meminta padamu untuk solusi? Sedang masalahmu sendiri belum mampu kau pahami. Tibalah saat menjaga jarak itu. Bukan melupakan, hanya mendiamkan. Menelaah lagi, dari sisi mana sebaiknya keputusan itu diambil. Apa konsekuensinya? Mitigasi bila keputusanmu membawa dampak yang lebih besar mudharatnya dibanding manfaat. Aah.. Ummaat... Mudah sekali kita terpecah karena kurang kokohnya visi.

Maka diamlah, tutup mulutmu rapat-rapat, bekerja baik-baik sajalah. Lakukan terbaik melalui tindakan. Saat menjaga jarak, akan banyak kabar panas yang mendera hatimu untuk terusik panas. Berwudhulah, berdzikirlah, ingat selalu padaNya. Dia yang maha membolak-balikkan hati. Kamu tak akan pernah mampu memahami posisi orang lain, tapi setidaknya hargai orang yang berempati padamu.

Apalah yang dicari di dunia? Bukankah kita semua ingin tenang? Kalau ingin bermusuh-musuhan, buat apa Tuhan ciptakan kita berbangsa-bangsa selain untuk mengenal?

Take a breath...
Jaga jarak aman...
Biar waktu memainkan peran.


Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget