Sedang bersusah hati
Air matanya berlinang
Emas intannya terkenang
Hutan, gunung, sawah, lautan
Simpanan kekayaan
Kini ibu sedang lara
Merintih dan berdoa
Ia menangis. Tanah ini.. air ini
berduka. Daun yang jatuh tak pernah membenci angin. Begitu pun dengannya. Ia
tak menyalahkan Tuhan. Hanya saja ia menangis dan bertanya. Mengapa sekian
banyak teguran ini belum menyadarkan anak-anak negeri ini. Yang dilahirkan dari
rahimnya. Banjir di Wasior [bahkan Jakarta], gempa bumi dan tsunami di
Mentawai, dan yang sangat terblow-upletusan merapi yang maha dahsyat.
Hingga kini tak dapat dibedakan mana mereka yang baik dan jahat semasa
hidupnya. Lenyap begitu saja tertelan bencana alam ini. Dan jeritan serta
rintihan anak-anak dan wanita kelaparan makin meradang. Perhatian kita semua
terfokus ke tempat-tempat itu. Tapi tidak hanya perhatian yang ia inginkan.
KESADARAN. Sebuah kata yang mampu memulihkan luka hatinya. Ia berdoa pada
Tuhannya, agar anak-anak negeri yang lahir dari rahimnya SADAR akan perbuatan
yang mereka lakukan. Ia sedang lara. Sangat lara. Bayangkan di tengah bencana
yang datang bertubi-tubi bahkan bersamaan dan dahsyat ini, tetap ada
tangan-tangan jahil yang mengambil kesempatan untuk perbuatan jahiliyah. Lihat
salah satu berita yang akan ditayangkan pada sebuah TV swasta malam
ini..”Bisnis jual diri di balik jeruji kian marak”. Tempat yang seharusnya
MENYADARKAN dan menjadi tempat PERENUNGAN atas perbuatan khilaf yang telah
dilakukan malah menjadi tempat jahiliyah nomor wahid. Sudah menjadi rahasia
umum jeruji itu banyak yang disalahamanahkan. Lantas lewat apa dan dimana
lagi orang-orang khilaf itu dapat DISADARKAN? Tak adakah tempat ‘layak’
dan ‘bersih’ di negeri ini?
Bahkan rumput yang bergoyang pun
tak dapat menjawab. Bisu….
meta morfillah
10/27/2010 7:04:29 PM
Gempa dan tsunami di Mentawai
tertutup debu dan abu vulkanik
merapi
banjir bandang di wasior
No comments:
Post a Comment