Pages

10 May, 2013

Rintihan Ibu pertiwi




Ku lihat ibu pertiwi..
Sedang bersusah hati
Air matanya berlinang
Emas intannya terkenang
Hutan, gunung, sawah, lautan
Simpanan kekayaan
Kini ibu sedang lara
Merintih dan berdoa

Ia menangis. Tanah ini.. air ini berduka. Daun yang jatuh tak pernah membenci angin. Begitu pun dengannya. Ia tak menyalahkan Tuhan. Hanya saja ia menangis dan bertanya. Mengapa sekian banyak teguran ini belum menyadarkan anak-anak negeri ini. Yang dilahirkan dari rahimnya. Banjir di Wasior [bahkan Jakarta], gempa bumi dan tsunami di Mentawai, dan yang sangat terblow-upletusan merapi yang maha dahsyat. Hingga kini tak dapat dibedakan mana mereka yang baik dan jahat semasa hidupnya. Lenyap begitu saja tertelan bencana alam ini. Dan jeritan serta rintihan anak-anak dan wanita kelaparan makin meradang. Perhatian kita semua terfokus ke tempat-tempat itu. Tapi tidak hanya perhatian yang ia inginkan. KESADARAN. Sebuah kata yang mampu memulihkan luka hatinya. Ia berdoa pada Tuhannya, agar anak-anak negeri yang lahir dari rahimnya SADAR akan perbuatan yang mereka lakukan. Ia sedang lara. Sangat lara. Bayangkan di tengah bencana yang datang bertubi-tubi bahkan bersamaan dan dahsyat ini, tetap ada tangan-tangan jahil yang mengambil kesempatan untuk perbuatan jahiliyah. Lihat salah satu berita yang akan ditayangkan pada sebuah TV swasta malam ini..”Bisnis jual diri di balik jeruji kian marak”. Tempat yang seharusnya MENYADARKAN dan menjadi tempat PERENUNGAN atas perbuatan khilaf yang telah dilakukan malah menjadi tempat jahiliyah nomor wahid. Sudah menjadi rahasia umum jeruji itu banyak yang disalahamanahkan. Lantas lewat apa dan dimana lagi  orang-orang khilaf itu dapat DISADARKAN? Tak adakah tempat ‘layak’ dan ‘bersih’ di negeri ini?
Bahkan rumput yang bergoyang pun tak dapat menjawab. Bisu….


meta morfillah
10/27/2010 7:04:29 PM






Gempa dan tsunami di Mentawai


tertutup debu dan abu vulkanik merapi


banjir bandang di wasior
 

No comments:

Post a Comment

Text Widget