Salam!
Ini adalah perjalanan tentang rasa. Perjalanan hati, aku
menyebutnya. Selamat datang di kereta kehidupan :)
Di mana tiap gerbongnya menganalogikan suatu komunitas. Dan
tiap penumpangnya adalah jiwa-jiwa hamba Sang Maha Esa. Aku menempati gerbong
satu. Gerbong awal kehidupan kereta ini. Gerbong yang dirancang sebagai
pemimpin. Letak kursiku, tepatnya adalah nomor 6 D. Kelas ekonomi AC. Perjalanan ini dimulai dari Stasiun Kota Jakarta, dan
berakhir di Stasiun Lempuyangan Yogyakarta (bagiku). Sedang bagi kereta GBM
(Gaya Baru Malam) Selatan ini, perhentiannya adalah Stasiun Surabaya. Yaah…
ibarat umur, umurku hanya sampai Lempuyangan. Tidak habis hingga pemberhentian
terakhir (kiamat).
Letak kursiku adalah jenis dua pasang yang saling berhadapan
(ada yang tiga pasang berhadapan). Beruntungnya (dugaanku), aku mendapat teman
perjalanan seorang ibu dan anak gadisnya (sebaya denganku) dan seorang pria
(mendekati bapak-bapak). Awalnya aku diam (seperti inilah perangai asliku, tak
mau tampil/menyapa duluan). Mempelajari karakter orang terlebih dahulu, hingga
berani memutuskan untuk tersenyum.
Sejujurnya, kereta ini tak seperti dugaan awalku. Kukira
akan mendapatkan tempat duduk di pojok, dekat jendela, sehingga aku dapat
menikmati panorama lukisan Tuhan. Tapi nyatanya terjebak di pinggir. Ditambah
kaki ibu-ibu seberangku seenaknya saja diluruskan ke arahku, sehingga mengurangi
jatah tempat dudukku. Yah.. beginilah ternyata rasanya bepergian sendiri
(serasa backpacker). Perjalanan jadi
terasa lama, sembilan jam terasa satu hari penuh. Dan harus terjaga sepanjang
perjalanan, menjaga diri dan barang karena tidak ada yang diandalkan. Di saat
seperti itu, aku sangat merindukan kawan perjalanan. Eh kok jadi melankolis..
hahaha..
Yap..intinya, perjalanan sendiri itu tidak enak, ditambah
sinyal yang dicuri dari stasiun Cirebon hingga stasiun Tugu(Yogya). Itu sungguh
tidak enak, berasa kudet (kurang
updet) banget. Oh ya, sepanjang perjalanan pun hujan setia menemani. Hingga aku
sampai di stasiun tujuan, yakni stasiun Lempuyangan. Beruntungnya, temanku
telah menjemput di stasiun tersebut. Lalu kami langsung beranjak ke acara Best
Fest di Café Geronimo untuk menyimak celoteh Soleh Solihin serta penampilan
Stand Up Comedy Yogya. Namun ternyata, hujan yang deras, membuat acara tersebut
tidak terlalu ramai. Hanya saja, kafe yang kecil tersebut tetap dipadati oleh
penggemar Soleh. Melihat hal tersebut, aku dan temanku memutuskan untuk pergi
saja. Jam menunjukkan pukul 9 malam,
kami memutuskan untuk pulang. Namun, di tengah jalan temanku yang lain
mengirimkan SMS untuk menemuinya di JT Square. Temanku ini dari Jakarta juga,
namun mereka beruntung terpanggil untuk mengikuti acara Kampus Fiksi 2 dari Penerbit
Diva Press secara gratis. Aku agak iri juga sebenarnya, ingin ikut bersama
mereka namun telat daftar (hiks…). Mau ikutan daftar lagi, namun waktu kerja
sepertinya tidak memungkinkan. Ini saja sudah memaksakan diri untuk cuti satu
hari karena kehabisan tiket. Hmm… dikasih PR segala sama pak boss. Ya kaliii…
aku disuruh buat materi dari perjalananku menikmati best fest ini. Masa iya aku
ajarin tentang menulis fiksi (cerpen, novel)? Aah,,,tau dah bapaknya. Saya kan
jadi bingung, masak iya mau bilang saya pacaran sama candi? #eeh. Sampai-sampai
semua temanku menertawakan email pak boss yang kutunjukkan pada mereka. Entahlah
itu kepo atau care kata mereka.
Eh balik lagi ke perjalananku, kami pun berkumpul,
bercengkerama sampai bus jemputan kampus fiksi 2 datang menjemput. Ketika kami
bercengekerama, aku sempat minum good day mocchacino. Kopi itu sukses membuatku
terjaga hingga pukul dua pagi.
Oke… ini cerita perjalananku from B (plat kendaraan Jakarta)
to AB (plat kendaraan Yogyakarta). Tunggu kisah selanjutnya yaa..
Meta morfillah
After office hours – 29 Mei 2013
No comments:
Post a Comment