Pages

21 February, 2016

[Review buku] Dilan 2 Tahun 1991

Judul: Dilan 2 (Dia adalah Dilanku tahun 1991)
Penulis: Pidi Baiq
Penerbit: Pastel Books
Dimensi: 344 hlm, 20.5 cm, cetakan VIII Desember 2015
ISBN: 978 602 7870 99 4

Romansa SMA yang sering kali menjadi masa terindah dalam hidup kita, itulah yang terpotret dalam kisah cinta Dilan dan Milea. Jika pada buku awalnya berkisah tentang bagaimana awal Milea--selanjutnya dipanggil Lia--masuk sekolah baru di Bandung dan mengenal Dilan berlanjut ke cara pendekatan Dilan yang tidak biasa, maka di buku kedua ini berkisah tentang keadaan saat Milea dan Dilan resmi berpacaran di tahun 1991.

Ada banyak konflik dan tokoh baru yang hadir, dan tentunya penyelesaian yang tak terduga--meski bagiku sudah terduga sih dari awal baca blog ayah pidi baiq sebelum dilan dibukukan. Tentu saja dengan ciri khas Dilan yang begitu ekspresif menyatakan cintanya, nekat, unik, lucu, anti mainstream namun berhasil membuat wanita yang dicintainya merasa istimewa.

Secara kisah, saya akhirnya memahami mengapa banyak teman saya yang merasa kecewa dengan Dilan 2. Sebab memang alurnya terlalu lambat, bertele-tele di awal dan tentang Milea saja. Porsi untuk Dilan yang amat dinanti tidaklah terlalu banyak. Dilan tak seasyik di awal. Banyak seriusnya, dan tidak terlihat kuat tekadnya dalam memperjuangkan hubungannya. Tapi memang sesuai dengan ending ceritanya.

Ada beberapa typo dan peletakan tanda baca yang berlebihan di beberapa halaman. Namun secara keseluruhan, isinya masih menarik. Genre teenlit yang tidak membosankan. Dari Dilan dan Milea, saya belajar bahwa hidup tidak selamanya berjalan seperti yang kita rencanakan. Bahwa perasaan akan tetap kekal di sudut hati, meski pemiliknya telah bereformasi. Bahwa setiap orang amat mungkin memiliki Dilan-nya dalam ingatan, kenangan, untuk kemudian diingat lagi sebagai masa lalu yang indah, bukan untuk diperdebatkan apalagi dianggap sebagai pengganggu di masa depan. Terima kasih, Dilan!

Tambahan, pada akhirnya wanita akan memilih bahu yang membuat dirinya tenang, bukan sekadar nyaman. Dan tentu saja keseriusan serta kepastian.

Saya apresiasi 4 dari 5 bintang.

"Aku tidak ingin mengekangmu. Terserah! Bebas ke mana saja engkau pergi! Asal aku ikut."

"Cinta itu indah. Jika bagimu tidak, mungkin karena salah milih pasangan."

"Tujuan pacaran adalah untuk putus, bisa karena berpisah, bisa karena menikah."

"Aku mencintaimu, biarlah, ini urusanku. Bagaimana engkau kepadaku, terserah, itu urusanmu!"

Meta morfillah

1 comment:

  1. Wah sama mba:( aku juga kecewa sama endingnya tapi denger-denger sih katanya akan ada Dilan ke-3 semoga aja di buku itu terjawab perasaan Dilan sesungguhnya.

    ReplyDelete

Text Widget