Pages

10 February, 2016

[Review buku] He 2+ & Balon udara

Judul: He 2+ & balon udara
Penulis: Rosa Amanda Salim
Penerbit: FoUmediapublisher
Dimensi: 292 hlm, september 2009
ISBN: 978 602 95540 0 7

Novel ini berkisah tentang Helena Dustine Cakrawala, putri seorang pengusaha yang berusaha melarikan diri dari masa lalu. Kecelakaan yang merenggut nyawa kakak lelakinya membuat ia tak sanggup berada di Jakarta, terutama bersekolah dan bertemu dengan kedua sahabatnya, Nabila dan Sarah. Akhirnya Helena tinggal di Paris dan menjadi model yang amat sukses. Namun kepergiannya ke Paris harus dibayar dengan kebebasannya, sebab ia harus menerima menjadi tunangan Max, rekan kerja ayahnya yang workaholic. Melalui teori helium dan balon udara, penulis berusaha menyelesaikan permasalahan yang terjadi.

"Balon udara tak akan dapat terbang tanpa helium. Aku adalah balon udara dan kamu heliumnya." (Hlm. 6)

"Balon udara berisi helium yang dipanaskan, supaya dia bisa terbang. Anggaplah kamu sebagai balon udara, helium sebagai teman-teman dan masa lalumu. Kamu bisa terbang karena masa lalumu itu, walaupun pahit. Mungkin kamu enggak sadar sama semua itu. Helium adalah gas yang tidak berwarna dan tidak berbau. Sama kayak teman-temanmu yang mau kamu lupakan itu. Kamu enggak sadar kalau mereka yang menerbangkan kamu sampai seperti sekarang." (Hlm. 185)

Secara pengemasan, saya kurang suka. Kertasnya tipis, jenis font, jarak, dan layoutnya seperti buku bajakan. Covernya aja menurut saya enggak nyambung. Mengapa gelas dan air? Itu mah H2O. Kalau He 2+, harusnya gambar balon berisi udara.

Secara isi, apalagi... dari awal saya baca sudah begitu ketebak isinya. Namun alur/logika berpikirnya menurut saya begitu absurd. Banyak yang tidak pas, malah membuat bingung karena ada pemaksaan konflik. Semacam lebay. Hal kecil yang selalu dijadikan konflik utama, flashback mengenai kematian kakaknya terlalu dibesar-besarkan. Dan penyikapannya menurut saya seperti memukul nyamuk pakai wajan. Menyebalkannya lagi, hal itu diungkit-ungkit terus dan diulang sampai membosankan. Beragam tokoh pembantu pun hilir mudik tidak jelas, sekadar meramaikan tanpa ada kepentingan. Terkesan asal membuat tebal sehingga memenuhi syarat menjadi novel. Seperti tokoh Gina, untuk apa dimunculkan kalau tidak berguna? Aduuh... benar-benar saya tak habis pikir kok karya seperti ini bisa lolos diterbitkan ya?

Jika saja saya tak konsisten dengan janji saya pribadi untuk menyelesaikan membaca buku apa pun dan membuat review ala saya agar saya ingat kembali cerita buku yang telah saya baca, ingin sekali saya berhenti dan tak melanjutkan membaca di halaman pertama.

Saya apresiasi 1 dari 5 bintang.

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget