Pages

09 February, 2016

Belajar dari Maryam demi ridhaNya

Di beranda facebook kutemukan gambar dan tulisan yang cukup menohok. Begini kira-kira bunyinya, "Fenomena akhir zaman, wanita sibuk memikirkan perihal jodoh tapi lalai/jahil terhadap Al Quran."

Saya pun berkaca pada diri pribadi. Yaa... tak dipungkiri, dari lucu-lucuan hingga kadang kepikiran kapan bahkan kepikiran terus tentang jawaban kesendirian ini, tapi saya sering lupa sejauh mana ibadah saya, hafalan quran, baca quran dan pengamalannya. Malu... malu sekali rasanya. Beragam tulisan yang saya hasilkan rasanya menampar wajah saya sendiri. Meminta validasi lisan dengan bukti amal perbuatan.

Menjaga izzah (kehormatan diri) wanita yang istiqomah menjomblo sampai dihalalkan seharusnya seperti Maryam. Ya, maryam binti imran yang namanya termaktub dalam Al quran surat kesembilan belas. Wanita yang dimuliakan Allah hingga diberi penghargaan abadi menjadi nama surat dalam al quran tersebut. Wanita yang dilebihkan dari empat wanita yang dipastikan menjadi penghuni surga: Asiyah, Khadijah, Aisyah, dan tentunya Maryam. Mengapa Maryam begitu istimewa?

Sebab Maryam menjaga kehormatannya dengan takwa. Kesendiriannya menjadi ladang amal yang besar. Meski kisahnya yang hamil tanppa adanya suami tidaklah akan terjadi lagi dan tentu berbeda dengan fenomena masa kini. Di mana banyak wanita yang sudah dicabut rasa malunya hingga hamil di luar nikah menjadi hal biasa. Memiliki anak tanpa pernikahan yang sah, tanpa diketahui siapa ayah dari bayinya menjadi berita keseharian. Bahkan rasa sakit saat melahirkan pun Allah cabut, hingga tiada lagi rasa kesyukuran, perjuangan hidup dan mati, pahala saat melahirkan, dan kasih sayang terhadap anak yang dilahirkan, membuat para wanita tersebut dengan mudah membiarkan anaknya mati, aborsi, atau dibesarkan seadanya dan kembali melakukan zina itu lagi. Bahkan keledai pun tak akan jatuh ke dalam lubang yang sama dua kali. Naudzubillah...

Maka, berkaca pada Maryam... dalam kesendiriannya ia tetap menyibukkan diri dan memenuhi kewajiban dan tujuan ia dicipta: beribadah. Begitu sayangnya Allah pada kita, hingga tersedia beragam kisah dan contoh untuk setiap keadaan dengan sirah sahabat atau sahabiyah, serta para salafus salih. Tinggal kita yang mempelajari dan meneladaninya, mau seperti apa?

Semoga saya, dan para muslimah lainnya yang belum dipertemukan dengan jodohnya mampu meneladani Maryam. Bahwa surga bisa kita raih, meskipun mungkin kita belum menggenapi agama ini dengan menikah. Tentunya tanpa berputus asa bahwa setiap hal ada pasangannya. Asal Allah ridha, segala perkara selesai.

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget