Pages

06 February, 2016

Keteraturan dalam ketidakberaturan

KETERATURAN DALAM KETIDAKBERATURAN

Sebuah pesan dari nomor tak dikenal masuk ke ponsel saya melalui aplikasi whatsapp. Ternyata pesan dari sahabat masa kecil saya, yang sempat terputus komunikasi selama beberapa tahun belakangan. Dulu, kami sering dibilang kembar dan tak terpisahkan. Bahkan dia amat menginginkan saya dan dia bersekolah di sekolah yang sama. Terbayang akan melewati indahnya masa sekolah dengan sahabat yang sudah begitu klop. Namun ternyata Allah menakdirkan lain. Kami mengikuti sebuah seleksi ketat sebuah SMK yang bahkan tak pernah saya ketahui keberadaannya kalau bukan dari dia. Kami duduk sebangku saat mengerjakan soal. Soal kami berbeda kode. Bahkan saya membantunya mengerjakan soal diam-diam, saking kami ingin berhasil masuk sekolah ini. Namun,  takdir Allah benar-benar jauh dari harapan. Saya lolos, sementara dia tidak. Parahnya lagi, keluarga saya begitu menginginkan saya bersekolah di SMK tersebut, sementara saya tidak menginginkannya. Saya ikut tes sekolah itu, hanya karena ingin bersama sahabat saya. Jika tak berhasil, maka saya sudah memiliki SMA pilihan yang memang jadi incaran di jakarta. Saya begitu ingin mengikuti program pertukaran pelajar di SMA tersebut. Nyatanya Allah membuat skenario hidup untuk saya, yang tidak sesuai dengan keinginan saya.

Dari ketidakberhasilan itu, meski kami berusaha mencari sela untuk tetap kompak bersama. Seperti memaksakan berangkat sekolah bareng, kadang lewat rute saya, kadang lewat rute dia, dengan konsekuensi kami telat atau kepagian. Bahkan sampai kadang kami saling menyelundupkan diri ke dalam sekolah masing-masing demi mengenalkan dunia sekolah kami pada satu dan lainnya. Kami pun saling tahu siapa saja teman dekat kami di sekolah, siapa saja lelaki yang menyukai kami. Bahkan di setiap tanggal 14 Februari, saat orang-orang merayakan hari kasih sayang, kami menciptakan hari persahabatan. Itulah hari di mana kami saling memberi hadiah dan surat yang berisi pujian tentang sahabat. Haha... sungguh kebodohan yang lugu.

Lalu, dari pesan yang menerbitkan kenangan lama yang tak lekang itu, dia mengabarkan pada saya bahwa bulan depan ia akan menikah. Seperti janji masa kecil kami, saya adalah orang pertama yang akan diberitahu dan diundang. Lalu, ia pun melontarkan pertanyaan yang berisi harapan dan doa agar bisa bersama merayakan momen penting dalam hidup kami.

"Kamu kapan, Met?"

"Doakan terus yaa..."

"Coba kita bisa barengan ya nikahnya. Double date, double wedding. Semoga kamu cepat nyusul ya, Met!"

"Untuk yang kali ini, kita tidak bisa memaksanya seperti mendaftar sekolah dulu. Jadi, aku akan mengikuti skenarioNya dengan baik dan menjadi pemain yang profesional saja."

Pada akhirnya, segala usaha kita akan terbentur pada kehendakNya. Terkadang, kita merasa hidup kita begitu ruwet, tak linier, dan kusut tak saling menyambung menjalin kisah yang indah. Tapi, dari penglihatan Allah di atas arsy sana, hidup kita mungkin merupakan sulaman indah yang membentuk sebuah pola indah. Semacam jahitan kristik. Semacam keteraturan dalam ketidakberaturan.

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget