Pages

31 January, 2016

Doa ketetapan hati

Yaa muqollibal quluub, tsabbit qolbii 'ala dinik

Yaa Allah, yang maha membolak-balikkan hati, tetapkan hati kami atas agamamu.

Kira-kira seperti itu bunyi dan terjemahan doanya. Doa yang membuat saya meresapi suatu hal yang besar. Bahwa manusia bahkan tidak berkuasa akan hatinya sendiri. Bahwa kontrol hati, khususnya keimanan adalah mutlak milik pemilik dan pencipta hati itu sendiri... Allah SWT.

Bukankah itu doa yang sangat hebat? Bahwa kita, manusia pada akhirnya mengakui kelemahan terbesar kita... tentang hati. Bahwa dalam doa tersebut ada kepasrahan total mengenai status diri kita sebagai hamba. Bahwa iman yang istiqomah hingga akhir adalah sebuah karunia... nikmat. Kesadaran bahwa segala kemampuan kita dalam beribadah, hingga level menikmati ibadah, adalah berkah dari Allah. Allah yang memampukan seseorang melakukan berbagai amalan. Allah yang meridhai hati seseorang untuk terus berIslam secara kaffah hingga sempurna. Maka saat kita sedang merasa amalan kita terbaik, terbanyak, istigfarlah... seharusnya kita banyak meminta ampun, memuji Allah dan bersyukur bahwa kita dipilih Allah untuk masuk ke dalam barisanNya. Jika amalan dan iman kita sedang lemah, maka janganlah berputus asa. Pinta terus padaNya agar kita dimampukan mengejar ketertinggalan kita, agar kita diridhai untuk tetap berada di jalanNya.

Doa yang baru saya sadari... bahwa kita tidak bisa memaksa iman (hati) bila Allah tak mengingini. Contoh kecilnya, secara logika seharusnya bila kita rajin mengulang murajaah dan sangat hebat dalam hafalan, tidak lantas membuat kita mampu menghafal qur'an (hafiz). Mengapa? Sebab Allah tidak menginginkan kita menjadi hafiz. Maka mintalah ridhaNya dahulu, dan jaga adabnya. Perkara iman, adalah hak prerogatif Allah. Tak bisa diukur dengan ukuran manusia yang pasti seperti 1 + 1= 2.

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget