Pages

24 January, 2016

[Tastqif] ILTIZAM BIL MANHAJ (KOMITMEN TERHADAP PEDOMAN HIDUP)

ILTIZAM BIL MANHAJ (KOMITMEN TERHADAP PEDOMAN HIDUP)

Minggu, 24 Januari 2016
Ustad Taufiq Khulaimi

Sebelum masuk ke materi, ada beberapa hal menarik dari film SANG MURABBI yang diputar selagi menunggu jamaah berdatangan.

"Saat terbersit keinginan untuk berhenti di jalan dakwah, Allah ingatkan dengan mendatangkan orang yang ingin mendekat pada Allah melalui kita. Ingat, bahwa orang datang bukan mencari kita, tapi mencari Allah. Maka kembalilah."

"Sebenarnya kita yang membutuhkan dakwah ini untuk tetap eksis di hadapan Allah. Bukan dakwah yang membutuhkan kita, karena usia dakwah akan jauh lebih panjang dari usia kita."

Oke... sekarang masuk materi!

Ketika kita merasakan nikmatnya tarbiyah, maka jangan merasa "Cukup kita saja yang merasakan", tapi buatlah banyak orang, terutama yang kita sayangi merasakannya juga.

Berpolitik adalah jalan ke surga. Itu adalah sunnah Rasul yang dipahami Abu Bakar setelah wafatnya Rasul. Itulah mengapa Rasul wafat di hari senin, tapi baru dimakamkan rabu. Sebab umat islam harus berkuasa, dan harus ada pemimpin pengganti sebelum rasul dimakamkan.

Sungguh lucu menghadapi fenomena banyak ikhwah yang lama liqo, lebih dari 5 tahun, tapi masih gak yakin dengan manhajnya. Bahkan masih berpikir manhaj lain jauh lebih baik. Padahal fikrah kita begitu jelas. Telah diuji dengan banyaknya fitnah dan ulama yang dipenjara. Bukankah selalu seperti itu saat memperjuangkan kebenaran? Akan membuat musuh tidak suka dan gelombang fitnah serta penjara menjadi keseharian. Itu sudah sunnatullah. Pertanyaan besar malah, jika saat berjuang musuh suka, bahkan membiayai. Apakah itu benar?

Bukan hanya sunnah berpakaian yang harus kita teladani dari Rasul. Tapi juga sunnah perjuangan, sunnah politik, serta ujian yang dihadapi Rasul.

Timbul pemikiran saya bahwa agar sulit mengetahui Islam yang benar, maka dibentuklah jamaah-jamaah. Perhatikan fikrah lain, siapa yang membiayai di baliknya? Mengapa hanya fikrah kita yang terus diserang melalui media dan segala cara, difitnah dan dipenjara? Sebab musuh takut dan tahu bahwa inilah fikrah yang benar. Seperti gerakan Ikhwanul Muslimin yang dipimpin Imam syahid Hasan Al Banna dengan 20 prinsipnya. Menariknya lagi, saat diteliti dan ditinjau kedua puluh prinsip itu dari ushul fiqih, sama sekali tidak ada yang bertentangan. Berarti ajarannya benar, namun tetap saja banyak yang memusuhi, memfitnah, memenjara, bahkan imamnya harus syahid.

Seharusnya perbedaan fikrah disikapi dengan mengoptimalkan PERSAMAAN agar bisa dibangun kerjasama yang baik dal menghadapi berbagai permasalahan. Sebab sudah diterangkan bahwa Rasul menekankan jamaah dan katsir (banyak) agar Islam tegak di dunia. Yaa... mayoritaslah yang akan menentuka. Seperti pemegang kebijakan di parlemen. Perhatikan seberapa banyak kursi yang tersedia untuk partai islam? Betapa berat mengupayakan aspirasi di antara mayoritas partai sekuler, liberal, dll. Tidak bisa tidak, kita harus terjun berpolitik, tidak hanya tarbiyah saja.

Bahkan terkadang kepentingan dakwah didahulukan di atas hal haram. Contohnya Erdogan pernah berkata "Kalau salam dengan akhwat membuat rakyat Turki memilih saya senagai Presiden, saya akan salaman." Ada kepentingan dakwah lebih besar saat penguasa muslim yang berkuasa.

Lebih baik mengambil pendapat lemah tapi umat bersatu, daripada pendapat yang kuat tapi umat bercerai.

Mengapa kita maulidan? Masalahnya kita perlu SEBAB untuk sebuah akibat. Untuk mengajak umat kembali memperingati dan mempelajari sirah nabawiyah. Sahabat tidak merayakan maulid sebab mereka masih lekat dan ingat akan sirah karena mereka membersamai rasul.

"Tidak akan pernah baik akhir umat ini, kecuali seperti hal yang membuat baik generasi umat pertama." (Imam Malik)

Berlakulah kita dengan dasar manhaj seperti rasul belum menang. 13 tahun di mekkah, berhala tidak dihancurkan bahkan hanya 70 orang yang berislam. Berhala baru dihancurkan pada 8H. Ada strategi, sebelum dan sesudah menang. Maka... perbanyaklah sabar kita seperti rasul saat belum menang. Berkaca pada sirah nabawiyah, ayat Q. S. 11 [Hud]: 112-113 turun di titik terlemah rasul. Situasi ketika ayat tsb turun adalah:
1. Abu thalib sebagai pelindung dan Khadijah sang istri yang menenangkan wafat
2. Rasul dilempari batu di Thaif
3. Rasul takut pulang ke Mekah karena khawatir akan dibunuh
4. Kaum Quraisy semakin berani menghina

Jibril pun menawarkan Rasul untuk membalikkan kota Mekah dengan sayapnya. Tapi apa yang dikatakan Rasul? Rasul menolak dan berharap kelak dari tulang sulbi dan rahim mereka akan lahir penerus Islam yang kuat.

Itulah bukti bahwa dakwah mengahak ke surga, bukan menggiring ke neraka. Sabar kita harus diperluas. Seberat apa pun jalan dakwah, tidak pernah memakai kekerasan, kecuali mereka menyerang dan mengajak perang duluan.

*catatan sepemahaman penulis

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget