Pages

18 April, 2016

Peniru ulung

Pembelajaran tematik matematik tentang mengenali sudut bangun datar. Saat trapesium sama kaki, saya jelaskan sebab diberi nama seperti itu, karena kakinya sama kanan kiri.

"Kalau yang ini (menunjuk gambar trapesium siku-siku) namanya trapesium apa, yaa?"

Dengan lantang dan yakin, mereka menjawab,

"TRAPESIUM SATU KAKI!"

"TRAPESIUM BEDA KAKI!"

Pecahlah tawa saya, sementara muka anak-anak bingung tak mengerti apa yang menyebabkan saya terbahak.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Buu... main yuk!"

"Main cing jongkok, Buu!"

"Iya, Bu. Ibu ikutan. Kalau gak ada Ibu, gak seru."

Akhwat bergerumbul memeluk saya, bahkan ada yang mencoba memanjat tubuh saya. Berusaha mendorong saya ke lapangan.

Tersenyum saya menjawab, "Ingat tidak ini hari apa?"

"Senin, Bu."

"Kalau hari Senin dan Kamis Ibu libur dulu mainnya ya, takut lelah dan kehausan."

"Oh iyaaa... kan Ibu puasa sunnah Senin-Kamis, ya?"

"Yaaah... aku lupa mau puasa kayak Ibu."

"Aku puasa, doong." Celetuk seorang anak akhwat.

"Waah, hebat. Setengah hari atau satu hari?"

"Sampai nanti pulang, Bu. Aku enggak snack time dan makan siang. Makannya di rumah."

"Masyaa Allah... hebat! Kamu bilang sama mama?"

"Iya. Aku bilang mau ikutin Ibu."

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Pembelajaran:
* Dunia anak-anak masih begitu polos. Mereka hanya tahu konsep hitam dan putih. Baik dan buruk. Antonim. Tiada bias. Amat berhati-hati saat bicara dan mengajarkan konsep pada mereka. Bila salah, ya luruskan dengan tegas. Mereka belum mengerti tentang memahami situasi perkecualian, bila tidak dijelaskan di awal. Mereka menuntut penjelasan sejelas-jelasnya sesuai dunia hitam dan putih mereka.

* Tanpa sadar, perilaku keseharian atau perbuatan yang kita anggap kecil, bahkan tak ada niat untuk menyuruh mereka mengikuti, ditiru dengan saksama. Sungguh, anak-anak adalah peniru yang ulung. Inilah yang membuat berat. Semoga mereka mengambil yang baik dan meninggalkan yang kurang baik dari diri ini.

"Barang siapa mengangkat dirinya sebagai pemimpin, hendaknya dia mulai mengajari dirinya sendiri sebelum mengajari orang lain. Dan hendaknya ia mendidik dirinya sendiri dengan cara memperbaiki tingkah lakunya sebelum mendidik orang lain dengan ucapan lisannya. Orang yang menjadi pendidik bagi dirinya sendiri lebih patut dihormati ketimbang yang mengajari orang lain." (Ali bin Abi Thalib)

Sungguh, yaa Rabb... betapa bodohnya diri ini bila merasa pantas mendidik orang lain sementara dirinya sendiri belum mampu ia didik.

Faghfirlii...

Meta morfillah

1 comment:

Text Widget