Pages

24 April, 2016

[Sekolah Ayah Bunda] Memaknai Hari Kartini

Sekolah Ayah Bunda #2 (Keluarga sukses, ibu cerdas ayah hebat)

MEMAKNAI HARI KARTINI

Iis Istiqomah
Minggu, 24 April 2016

Terlepas dari kontroversi kepahlawanan Kartini yang diperingati sebagai hari besar, kita bisa memetik inspirasinya:
1. Kesadaran menjadi perempuan pembelajar
2. Kemampuan bersinergi dan berkepedulian sosial
3. Kemampuan mendokumentasikan dan menebar pemikiran/ide

Tantangan keluarga indonesia saat ini meliputi:
1. Disharmonisasi keluarga
2. Seks bebas
3. HIV dan narkoba
4. Aborsi
5. Perceraian tak terkendali
6. Anak-anak terlantar

70% perceraian di Indonesia adalah kasus gugat cerai (data tahun 2009). Artinya, istri yang mengajukan tuntutan cerai. Maka menjadi pertanyaan besar, ADA APA DENGAN PEREMPUAN? hingga begitu mudah menyerah terhadap pernikahannya.

80% perceraian melanda usia pernikahan di bawah 5 tahun. Dari beragam kasus yang narasumber hadapi, kebanyakan terjadi karena pihak istri begitu ringan mengucapkan kata cerai, bahkan hal itu bisa memicu KDRT. Maka tahanlah kata "Ceraikan saja aku!" agar tidak keluar dari mulut Anda, semarah apa pun Anda.

Poin temuan tentang keluarga:
1. Pendidikan ibu penting dalam keluarga
2. Konflik ketika istri bekerja lebih mengganggu keluarga. Di sini perlu adanya strategi penyeimbangan kerja dan keluarga.
3. Perlunya daya dukung: alam, lingkungan, agama, infrastruktur, dll.
4. Pendidikan suami dan pendapatan keluarga yang tinggi, ternyata menyebabkan semakin rendahnya youth resilience (ketahanan anak muda). Ini fenomena yang unik. Ternyata bila ayahnya pintar dan kaya, tapi ibunya tak mampu mengimbangi, cenderung anaknya menjadi anak yang bermasalah. Maka kembali ke poin 1, bahwa pendidikan ibu begitu berperan penting bagi anak.

Belajar dari Nabi Ibrahim:
Dalam sirahnya pertemuan antara Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail hanya tergambar sebanyak 5 kali. Pertama, saat bayi Nabi Ibrahim harus meninggalkan anaknya bersama istrinya di lembah yang tandus (kisah air zam-zam). Lalu baru bertemu kembali saat anaknya remaja, dan itu pun membawa misi untuk berqurban. Pertemuan selanjutnya saat nabi ismail telah menikah dan nabi ibrahim berkunjung tetapi nabi ismail sedang tidak ada. Istri nabi ismail lalu mengeluhkan hidupnya, sebelum pulang nabi ibrahim menitip pesan agar nabi ismail mengganti palang pintunya. Itu adalah perintah untuk menceraikab istrinya dan mencari yang lebih saleha.

Frekuensi pertemuan ayah dan anak yang amat jarang, tapi kita dapati nabi ismail tetap menghormati dan menyayangi ayahnya. Padahal bisa saja ia mengingkarinya sebab nabi ibrahim tak sempurna ada di sisinya sebagai ayah. Mengapa nabi ismail bisa berkarakter saleh seperti itu, tanpa peran ayah di sisinya? Jawabannya adalah pada Siti Hajar, ibunya yang menanam konsep diri positif serta kharisma sang ayah pada anaknya. Sehingga sang anak mengerti mengapa ayahnya tak berada di sisinya namun tetap menyayanginya.

Tingkatan keluarga ideal dimulai dari:
1. Keluarga harmonis.
2. Keluarga berpengaruh, mulai mengajak keluarga sekitarnya untuk turut dalam aksi kebaikan.
3. Keluarga menginspirasi.

*catatan sepemahaman penulis

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget