Pages

08 April, 2016

[Review buku] Tokyo Zodiac Murders

Judul: The Tokyo zodiac murders
Penulis: Soji Shimada
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Dimensi: 360 hlm, 20 cm, cetakan keempat, november 2013
ISBN: 978 979 22 8591 8

Kasus pembunuhan sebuah keluarga kaya berturut-turut dimulai dari kematian sang ayah yang merupakan seniman di studionya dalam keadaan tertutup, lalu putri tertuanya yang telah bercerai di rumahnya sendiri, dan putri serta ponakannya yang berjumlah enam orang dimutilasi dan ditemukan dalam enam wilayah berbeda, berhasil mengguncangkan Jepang di tahun 1936. Kasus itu bahkan menjadi sebuah tren dan dikenal sebagai pembunuhan zodiak tokyo sebab ada surat wasiat yang menerangkan tentang azoth--seorang wanita sempurna yang diciptakan dari bagian tubuh wanita hidup dengan astrologi berbeda. Hingga 40 tahun kemudian, kasus itu tak berhasil terpecahkan. Sebuah surat pengakuan dari seorang polisi yang menjadi petunjuk penting diserahkan pada seorang detektif partikelir yang juga merangkap sebagai seorang astrolog, Kiyoshi Mitarai, menjadi pembuka penyidikan lanjut. Bersama Kazumi Ishioka, ilustrator dan penggemar kisah detektif, ia menyelidiki kasus itu dan menjawab tantangan untuk memecahkan kasus yang tak terpecahkan selama 40 tahun hanya dalam waktu seminggu.

Sebenarnya, kasus begitu sederhana. Bahkan pernah ada di komik conan. Namun, saya sama sekali tak menduga hingga tiga perempat bagian--setelah surat tantangan dari penulisnya untuk menyibak misteri sebelum layar ditutup, dimunculkan--novel ini. Kelihaian dan alur cerita benar-benar membius saya untuk pasrah mengikuti alur cerita tanpa menebak. Menikmati. Bahkan metode yang digunakan hampir mirip dengan kisah Sherlock dan Dr. Watson. Meski di sini agak unik, sebab terasa sarkasme penulis terhadap tokoh detektif itu, namun malah menggunakan gayanya dalam buku ini. Benci tapi cinta? Semacam itu hehe.

Saya apresiasi 5 dari 5 bintang.

"Kau tahu, mengamati pergerakan planet setiap hari membuatmu sadar betapa kecil dan remehnya kehidupan kita sehari-hari. Bumi hanyalah satu roda penggerak dalam perangkat roda alam semesta, dan manusia tidak jauh berbeda dengan bakteri." (Hlm. 187)

"Hadapi segalanya dengan logika, dan kau menjadi kaku. Mengalahlah mengikuti aliran emosi, dan kau akan terseret arusnya. Memang tidak mudah menempatinya, dunia kita ini." (Hlm. 228)

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget