Pages

20 April, 2016

Mengajar adalah belajar

Seorang anak ikhwan makan dengan tangan kiri, lalu temannya berkata, "Kaana sholallahu 'alaihi wassalam...(hadits anjuran mendahulukan yang kanan)"

Belum selesai temannya membacakan, dia sudah mengganti tangannya dengan yang kanan sembari tersenyum malu.

~~~~~~~~~~~~~~~~

Seorang anak akhwat minum sambil berdiri. Temannya yang melihat langsung berkata, "Tidak boleh minum sambil berdiri kata bu guru, ada haditsnya!"

~~~~~~~~~~~~~~~~

Seorang anak ikhwan berkata kotor pada temannya. Temannya yang mendengar mengingatkan, "Innallaha yubghidul faahisyal badzia. Sesungguhnya Allah membenci orang yang keji dan kotor kata-katanya."

~~~~~~~~~~~~~~~

Saya sedang menerangkan pelajaran, tiba-tiba hujan.

"Ibu, hujan. Berdoa dulu!"

Saya mengangguk.

Serentak mereka berdoa dengan lantang.

"Doa turun hujan. Allahumma shayyiban naafi'an. Yaa Allah turunkanlah hujan yang bermanfaat. Aamiin."

Saya melanjutkan pembelajaran. Hingga satu jam kemudian hujan berhenti. Saya tak sadar akan hal itu, sebab tengah mengoreksi hasil pekerjaan mereka.

"Ibu, hujannya sudah berhenti."

Saya edarkan pandangan ke sekeliling. Lalu saya mengangguk. Serentak mereka lantang berdoa.

"Doa setelah hujan berhenti. Muthirna bifadhlillahi warahmatihi. Kami diberi hujan dengan karunia dan rahmat dari Allah."

~~~~~~~~~~~~~~~

Masih banyak kejadian keseharian yang berulang dan terus saling mengingatkan di antara kami. Seperti saat mau belajar, masuk dan keluar kamar mandi, makan, bersin, marah, dsb. Saling mengingatkan dengan doa dan hadits. Selain membantu menghafal, juga membantu memahami waktu penerapannya. Bukan semata hafalan omong kosong. Lagi-lagi... kadang hal itu menjadi berat saat berada di luar situasi kondusif seperti di sekolah. Misalnya, saat kondangan lalu saya tidak mendapat tempat duduk dan tidak memungkinkan untuk jongkok karena sempitnya ruangan. Dalam hati sering menjadi konflik batin ketika saya terpaksa makan dan minum sambil berdiri. Hanya bisa banyak-banyak istigfar, semoga Allah tak mengazab saya seperti dalam Q. S. Shaff ayat 2-3. Saya mengajarkan sesuatu yang tidak saya lakukan. Na'udzubillah...

Sungguh, mengajar hati yang bening dari prasangka itu adalah upaya keras untuk mengajarkan diri saya selangkah di depan mereka agar menjadi teladan yang bisa mereka tiru. Mengajar... adalah belajar.

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget