Pages

13 April, 2016

Ketahuilah, Nak

Ketahuilah, Nak...
Betapa kalian benar-benar keajaiban dalam hidupku. Meski aku memasuki dunia kalian dengan setengah hati, enggan, dan opsi terakhir di ambang kepasrahan serta kekalahan egoku. Tapi kalian telah menerimaku sepenuh hati. Meski baru berhitung bulan, kalian sudah seperti kukenal lama. Seperti anak yang kuasuh dari lahir, meski bukan berasal dari rahimku. Kepolosan kalian mampu mengubah diri yang angkuh dan banyak alasan ini semakin merunduk dan mendekat padaNya. Meski kalian tidak menuntut. Tapi kalian meniru dengan hebat apa yang kulakukan. Sifat baik dan buruk amat kalian perhatikan. Tak jarang aku harus meminta maaf saat benar-benar salah dan lupa untuk menunjukkan bahwa guru pun manusia yang harus bersikap ksatria. Bukan seseorang yang diistimewakan. Bahkan terlalu banyak khilafku pada kalian.

Ketahuilah, Nak...
Betapa aku amat berharap salah satu dari kalian kelak akan bersaksi di hadapanNya, menolong memberatkan timbangan kebaikanku dan menarik tanganku untuk ke surga. Namun, kutahu bahwa itu tidak akan terjadi tanpa aku memperbaiki diri. Maka, inilah aku yang jauh tertinggal dari kalian, berusaha mengejar agar pantas digugu dan ditiru. Godaannya sangat berat, Nak. Berkali aku hampir menyerah. Bukan diriku. Itu yang sering setan bisikkan padaku untuk kembali pada kebodohan dahulu.

Ketahuilah, Nak...
Keajaiban kalian sedang bekerja padaku. Sejak kali pertama hingga saat ini. Sekelilingku mulai terperangah akan perubahannya. Sementara diri ini tetap saja merasa masih jauh... jauuuuuhhh dari standar menjadi gurumu. Mereka keliru menilaiku. Sebab Allah masih menyelimuti aibku. Nak... terima kasih telah membuatku menemukan kembali hakikat diriku. Tolong aku untuk tetap istiqomah di jalanNya. Maafkan bila aku tak sempurna, bahkan terkenal galak jika waktu salat, muraja'ah, dan zikir tiba. Semoga aku mampu mendidik diriku sendiri ke arah lebih baik seperti yang dikatakan Ali bin Abi Thalib:

"Hendaknya dia mendidik dirinya sendiri dengan cara memperbaiki tingkah lakunya sebelum mendidik orang lain dengan ucapan lisannya. Orang yang menjadi pendidik bagi dirinya sendiri lebih patut dihormati ketimbang yang mengajari orang lain."

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget