Pages

27 December, 2013

Memasak

Memasak itu sesungguhnya caramu berekspresi tentang hidup.

Dimulai dari kau menyiangi sayur semacam bayam dari kotoran, akar dan ulat yang biasanya bersembunyi di antara dedaunan hijaunya. Sama seperti kau menyiangi sikapmu dari sifat-sifat yang tak diperlukan, jelek dan merugikan.

Lalu kau cuci bayam yang kau siangi, kau siapkan bumbunya. Penuh perhitungan, agar menghasilkan cita rasa yang pas dengan penikmat masakanmu. Sama seperti hatimu, kau bersihkan dan kau olah agar tidak terjerembab jatuh pada keadaan atau pun hal yang salah. Penuh perhitungan, kau siapkan dia dengan baik.. agar mampu dipersembahkan pada penjemputnya dengan cita rasa yang tepat.

Setelahnya, kau didihkan air, kau masukkan bumbu hingga matang. Lalu kau masukkan bayam dan beri garam serta gula secukupnya.
Sama seperti kehidupanmu, terkadang untuk "matang" kau harus lalui ujian yang berat, panas seperti air mendidih. Ditambahkan bumbu-bumbu masalah lainnya yang semakin menambah cita rasa dirimu. Ada pahit, asin, dan manis--seperti garam dan gula--dalam perjalanan hidupmu hingga kau mencapai titik sempurna kematanganmu. Lalu kau siap disajikan.

Maka memasak menjadi sebuah naluri, resapi tiap langkahnya. Banyak sekali pembelajaran kehidupan di sana, jika KAU MAU BERPIKIR. Bukankah kata-kata itu sering diulang di dalam firmanNya? Semua hal ada hikmah (pembelajaran) bagi MEREKA YANG MAU BERPIKIR.

Ini baru memasak bayam loh! Belum rendang. Dapatkah kau bayangkan, betapa filosofisnya memasak rendang itu? Hehee :)

meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget